Lebak (AntaraBanten) - Sebanyak 15 anak usia di bawah lima tahun atau balita penderita gizi buruk ditemukan di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
"Kami memfokuskan ke-15 balita gizi buruk ditangani serius agar mereka pulih kembali dengan memberikan makanan tambahan berupa susu dan biskuit," kata Kepala Puskesmas Leuwidamar H Kumajaya, di Lebak, Rabu.
Ia mengatakan, pihaknya terus melakukan pengawasan dan pemantauan secara intensif untuk menemukan kasus gizi buruk.
Penemuan tersebut tentunya cepat dilakukan penanganan secara komprehensif, sehingga tidak menimbulkan serangan penyakit maupun kematian.
Selama ini, pasien gizi buruk yang dirujuk ke Puskesmas maupun rumah sakit akibat terserang penyakit penyerta, seperti TBC, diare, pneumonia, dan jantung.
Sebab belum lama ini kasus gizi buruk yang meninggal karena mengidap penyakit diare.
"Saya kira pasien gizi buruk itu saat dilarikan ke Puskesmas sudah terlambat sehingga kondisinya sudah lemas karena mengalami dehidrasi," ujarnya.
Kumajaya mengatakan, selama ini balita penderita gizi buruk mendapatkan program pemberian makanan tambahan air susu ibu berupa biskuit dan vitamin dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Pemberian makanan tersebut untuk meningkatkan status gizi mereka agar tidak terserang penyakit penyerta.
Penderita gizi buruk sangat potensial terserang penyakit menular, karena kondisi daya tahan tubuh mereka lemah.
"Kami bekerja keras jika pasien gizi buruk yang terserang penyakit penyerta dengan cara mengobati penyakitnya juga meningkatkan asupan gizi," katanya.
Menurut dia, ke-15 balita gizi buruk itu setiap pekan diwajibkan ke klinik gizi Puskesmas untuk mendapatkan makanan tambahan dan pengobatan penyakit penyerta.
Mereka penderita gizi buruk tersebut diketahui para kader posyandu karena masuk kategori di bawah garis merah (BGM) sesuai dengan panduan buku kartu menuju sehat (KMS).
"Kami terus melakukan perawatan dan mereka dipantau perkembangannya melalui klinik gizi," ujarnya.
Dia menjelaskan, pihak puskesmas akan memberikan asupan gizi berupa makanan dan vitamin hingga berat badannya meningkat.
"Kami selain memberikan makanan bergizi juga pengobatan penyakit penyerta bagi anak penderita gizi buruk," katanya.
Dia menyebutkan jumlah penderita gizi buruk di wilayah kerjanya 2012 sebanyak 20 anak.
Namun, saat ini jumlahnya berkurang hingga mencapai sebanyak 15 anak.
Mereka para penderita gizi buruk setiap dua pekan rutin diwajibkan mendatangi puskesmas untuk mendapat perawatan dan dipantau kesehatannya hingga dinyatakan sembuh.
Penyebab penderita gizi buruk, kata dia, akibat berbagai faktor antara lain faktor himpitan kemiskinan sehingga mereka tak mampu memenuhi asupan gizi yang baik.
Selain itu, juga faktor rendahnya pendidikan kesehatan dan faktor budaya masyarakat seperti anak balita tidak boleh makan dengan ikan atau daging ayam.
"Kami mengatasi gizi buruk harus melibatkan semua komponen masyarakat dan bukan hanya petugas kesehatan saja," katanya.
Kepala Seksi Promosi dan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Tata Sudita mengatakan pihaknya meminta kader posyandu terus melakukan kegiatan penimbangan dan pemberian makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi anak.
"Dengan aktifnya posyandu tentu sangat membantu petugas juga bisa menemukan kasus penderita gizi buruk baru," katanya.