Jakarta, 7/5 (ANTARA) - Produsen benih sayuran hibrida "Cap Panah Merah" PT East West Seed Indonesia meluncurkan benih sayuran tomat, kacang panjang, dan timun yang tahan terhadap virus gemini.
"Terdapat sembilan varietas yang Ewindo tawarkan, enam untuk tomat, dua kacang panjang, dan satu mentimun," kata Direktur Sales dan Marketing Afrizal Gindow di jakarta, Senin.
Afrizal mengatakan bahwa pihaknya akan memperkenalkan produk itu kepada 250 petani yang diundang dalam acara expo "innovation for Solution"" yang digelar perusahaan pada tanggal 8--9 Mei 2012 di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Ia berharap kehadiran varietas tahan virus gemini ini menjadi jawaban atas serangan virus terhadap tanaman sayuran di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Kalimantan Selatan yang mengalami endemi terbesar.
Afrizal mengutarakan bahwa tanaman sayur yang terkena serangan virus itu akan membuat tanaman tidak mampu berproduksi lagi karena menyerang daunnya yang merupakan alat fotosintesis pada tanaman.
"Bahkan, di Kalimantan Selatan akibat serangan virus ini membuat petani setempat mengalami kerugian besar karena tidak mampu panen sama sekali dalam dua sampai tiga tahun terakhir," ujar dia.
Menurut dia, benih hibrida tahan virus sebenarnya telah dikembangkan Ewindo melalui proses riset sejak 2007. Idealnya perusahaan riset memperbarui varietas unggul lima tahun sekali.
Ewindo menyisihkan 30 persen investasi yang ditanamkan untuk riset dan pengembangan memproduksi varietas unggul, seperti untuk varietas tahan virus gemini bersumber dari investasi sembilan tahun lalu, katanya.
Penyebaran virus gemini sendiri hanya dapat diputus dengan menanam benih yang tahan terhadap penyakit ini, penyebaran penyakit virus sulit ditanggulangi meningat media penyebarannya melalui sejenis kutu yang berterbangan diudara, kata Afrizal menjelaskan.
"Kerugian yang dialami petani akibat penyakit ini mencapai Rp30 juta--Rp40 juta per hektare apabila sama sekali tidak panen," ujarnya.
Kondisi demikian, lanjut dia, membuat harga sayuran, terutama tomat, di Kalsel mencapai Rp20 ribu per kilogram karena harus mendatangkan dari luar daerah.
Untuk mengatasi penyakit itu, kata dia, petani harus menggunakan benih yang berkualitas, rajin membersihkan lahan, dan menggunakan pestisida seperlunya.
Kemudian kebijakan pemerintah di bidang karantina harus diperketat, terutama untuk jenis tanaman impor agar tidak membawa penyakit baru bagi tanaman di Indonesia.
Afrizal mengaku untuk memenuhi kebutuhan benih unggul bagi petani di daerah pada tahun 2011 mengalami kendala akibat serangan virus sehingga hanya mampi memasok 50 persen dari kapasitas 3.000 ton.
"Pada tahun 2012, Ewindo telah melakukan kerja sama dengan pemerintah Belanda untuk membangun green house di Jember sehingga diharapkan kapasitas dapat ditingkatkan sampai 60 persen," ujar dia.
Seperti diketahui, dalam tujuh tahun terakhir virus gemini atau yang biasa disebut virus kuning mewabah di sejumlah sentra produksi sayuran.
Di Jawa Timur, akhir tahun lalu misalnya, dari sekitar 500 hektar lahan yang ditanami tomat, 70 persen atau seluas 300 ha rusak terserang penyakit ini. Akibatnya, produksi tomat turun signifikan dan harga sayuran ini pun melambung hingga 300 persen.
Kecenderungan serangan virus gemini yang ditandai dengan munculnya warna kuning pada daun, keriting, kerdil, dan tidak bisa berproduksi dari tahun ke tahun terus meningkat.
Selain itu, lanjut dia, jenis tanaman yang diserang tidak hanya tomat tetapi juga cabe, timun, kacang panjang dan beberapa jenis sayuran lainnya.
Menurut Afrizal, seiring dengan meluasnya serangan virus tersebut Ewindo melakukan riset untuk menemukan varietas yang tahan terhadap virus gemini. Hasilnya, Ewindo menemukan sejumlah varietas benih unggul yang tahan terhadap virus tersebut terdiri atas enam varietas tomat, dan empat di antaranya juga tahan terhadap penyakit layu.
Ia menyebutkan kacang panjang ada dua varietas, sedangkan timun satu varietas. Untuk mendapat varietas-varietas unggul tersebut diperlukan waktu penelitian rata-rata lima tahun.
Pada acara yang digelar di Pusat Riset dan Pengembangan Benih Ewindo di Purwakarta, para petani juga mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan para ahli dari Ewindo mengenai, antara lain pengendalian hama dan penyakit tanaman, teknik budi daya tanaman, manfaat menggunakan benih unggul, dan pengenalan varietas-varietas lainnya.
Selain itu, para petani dapat bertukar pengalaman dengan petani dari daerah lain untuk menambah wawasan.
Ia berharap petani yang ikut serta dalam Expo Nasional ini dapat menularkan ilmu yang didapat kepada petani lain di daerahnya masing-masing.
Sebelum menggelar acara Expo Nasional, akhir April lalu Ewindo juga memberikan bantuan berupa pembangunan 400 shelter dan nethouse kepada petani di Jember dan Banyuwangi, Jawa Timur, yang diperkirakan menelan biaya sebesar 1,196 juta euro atau sekitar Rp14,35 miliar.
Ewindo juga telah membangun delapan unit greenhouse untuk para petani di daerah Banyuwangi. Greenhouse ini dimanfaatkan oleh petani membudidayakan tanaman tomat untuk memproduksi benih.
"Kami berharap bisa semakin dekat dengan para petani dan terus mewujudkan komitmen perusahaan untuk menjadi sahabat petani yang paling baik," kata Afrizal.
Sampai dengan tahun 2012 Ewindo telah bermitra dengan sekitar 7.000 petani produksi benih yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur, dan lebih dari 30.000 tenaga kerja serta polinator yang bekerja pada petani produksi.
Selain itu, Ewindo juga membina lebih dari 10.000.000 petani komersial yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ewindo didukung oleh 100 persen karyawan lokal, termasuk peneliti dalam negeri.
Hingga 2012, Ewindo telah menghasilkan sebanyak 170 varietas benih unggul dan telah mendapatkan sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura dan ISO 9001:2008.