Jakarta (ANTARA News) - Petani di sejumlah wilayah Indonesia mulai merasa terganggu dengan kondisi cuaca ekstrim yang terjadi dalam empat bulan terakhir tahun ini.
"Kami hanya mampu panen 50 persen saja dari produksi normal akibat cuaca ekstrim," kata Asep, petani asal Majalengka yang dihubungi, Kamis.
Asep menjelaskan, pada 23 Maret selama dua minggu lahan cabai milik warga seluas 100 hektare rusak akibat angin puting beliung.
"Banyak batang yang masih produktif patah, akar rusak, dan persemaian benih gagal akibat bencana tersebut yang mengakibatkan panen saat ini tidak maksimal," kata Asep.
Ia menjelaskan, kalau satu pohon cabai selama ini bisa memproduksi sampai 0,8 kilogram, saat ini paling hanya mampu 0,4 - 0,5 kilogram saja.
Keseluruhan kelompok tani binaannya yang semula mampu berproduksi 9-10 ton, akibat bencana tersebut produksi hanya 7-8 ton saja, ujar dia.
Tidak hanya produksi, harga cabai di pasar juga jatuh karena sebagian besar petani memanen cabai sebelum waktunya, kalau biasanya bisa Rp16 ribu per kilogram, maka saat ini berkisar Rp9 sampai Rp10 ribu per kilogram, jelas Asep.
"Memang kita masih untung dengan harga sebesar itu meski kecil. Batasnya Rp7 ribu per kilogram, kalau di bawah itu kami rugi," kata Asep.
Menurutnya, petani saat ini butuh rombong (semacam jaring) untuk mengantisipasi kemungkinan kerusakan yang lebih parah kalau terjadi angin puting beliung lagi.
Asep berharap adanya bantuan teknis untuk memulihkan panen yang turun dari semula bisa 13 kali, kini hanya 8 kali,
Sedangkan Amir Mahmud petani asal Jember mengatakan, curah hujan yang terlalu tinggi membuat benih yang diproduksi menjadi terbatas.
Amir adalah petani sayuran yang menjual hasil panennya kepada perusahaan perbenihan untuk diambil biji atau benihnya.
Ia mengatakan, pihaknya membutuhkan dukungan pembiayaan lagi untuk memulihkan kembali benih yang mengalami kerusakan.
Selain pembiayaan petani yang memproduksi benih juga memerlukan "greenhouse" maupun "nethouse". Pemasangan nethouse memiliki banyak manfaat, selain untuk melindungi tanaman dari iklim yang tidak menentu, juga untuk mengurangi serangan virus serta mencegah terjadinya penyerbukan (polinasi) dari tanaman sejenis yang biasa dibawa oleh serangga.
Amir mengatakan, pihaknya selama ini memasok benih cabai, paria, semangka, timun, namun kali ini volumenya turun karena cuaca kurang mendukung.
"Kalau tahun lalu kelompok tani kami bisa produksi benih senilai Rp2 miliar, namun dengan kondisi cuaca seperti ini kemungkinan sulit mengulangi produksi sebesar itu," ujar dia.