Penyaluran dana bantuan langsung tunai (BLT) yang digulirkan pemerintah sejak Juni sampai Agustus 2020 ternyata dapat mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat Kabupaten Lebak, Banten.
"Kami sangat terbantu ekonomi keluarga hingga mampu melunasi biaya kuliah anak ke Perguruan Tinggi Swasta sebesar Rp5 juta," kata Ema Uni (55) warga Sentral usai menerima BLT di Kantor Kelurahan Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak, Rabu.
Penyaluran dana BLT tersebut cukup membantu bagi masyarakat yang terdampak COVID-19, karena bisa digulirkan untuk modal usaha.
Saat ini, kata dia, usaha aneka makanan yang dirintisnya berkembang hingga bisa meraup keuntungan sekitar Rp150 ribu/hari.
Ia juga setiap hari menyisihkan keuntungan usaha itu hingga terkumpul sampai pertengahan Agustus 2020 sebesar Rp10 juta.
Usaha aneka makanan tradisional itu, seperti ketan, bugis, papais, geplak, cilok, dedargulung, donat dan getuk singkong yang dijajagan secara keliling menggunakan sepeda ontel dan masuk kampung keluar kampung di Rangkasbitung.
"Kami awalnya modal usaha dari dana BLT yang dibagikan Juni 2020 hingga berkembang sampai sekarang setelah kembali menerima BLT tahap kedua dan ketiga Rp1,2 juta," kata Uni.
Ia mengaku, dirinya sebelumnya bangkrut dan menghentikan usaha kerajinan aneka makanan tradisional pada bulan Maret 2020 akibat pandemi COVID-19.
Saat itu, keuntungan berjualan habis untuk bayar sewa rumah dan kebutuhan makan bersama seorang anak dan suami.
Namun, pemerintah menggulirkan dana BLT hingga menerima Rp600 ribu dan dijadikan modal hingga kini bisa mendapat omzet Rp600 ribu dengan keuntungan bersih Rp150 ribu/hari.
"Kami sekarang usaha menjadi dua kali pagi dan sore hari dari modal BLT itu," kata Ema Uni yang menyandang buta huruf.
Begitu juga Saripah (50) warga Jaura Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya sangat terbantu dana BLT Rp600 ribu selama lima bulan dan dimanfaatkan untuk modal usaha makanan pecel.
Ia membuka usaha pecel itu dari modal BLT tahap pertama hingga kini berkembang dan bisa meraup keuntungan sekitar Rp120 ribu/hari.
Karena itu,keuntungan berjualan pecel itu bisa membiaya dua anaknya yang kini tinggal di Pondok Pesantren Modern.
"Kami bisa mengirim biaya pendidik anak di pesantren Rp1 juta/bulan dari hasil jualan itu," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lebak Eka Dharma Putra mengatakan saat ini warga yang menerima dana BLT itu sebanyak 5.717 orang dari Kementerian Sosial (Kemensos)
"Kami yakin dana BLT itu sangat luar biasa karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga peningkatan ekonomi mereka," katanya.
"Kami sangat terbantu ekonomi keluarga hingga mampu melunasi biaya kuliah anak ke Perguruan Tinggi Swasta sebesar Rp5 juta," kata Ema Uni (55) warga Sentral usai menerima BLT di Kantor Kelurahan Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak, Rabu.
Penyaluran dana BLT tersebut cukup membantu bagi masyarakat yang terdampak COVID-19, karena bisa digulirkan untuk modal usaha.
Saat ini, kata dia, usaha aneka makanan yang dirintisnya berkembang hingga bisa meraup keuntungan sekitar Rp150 ribu/hari.
Ia juga setiap hari menyisihkan keuntungan usaha itu hingga terkumpul sampai pertengahan Agustus 2020 sebesar Rp10 juta.
Usaha aneka makanan tradisional itu, seperti ketan, bugis, papais, geplak, cilok, dedargulung, donat dan getuk singkong yang dijajagan secara keliling menggunakan sepeda ontel dan masuk kampung keluar kampung di Rangkasbitung.
"Kami awalnya modal usaha dari dana BLT yang dibagikan Juni 2020 hingga berkembang sampai sekarang setelah kembali menerima BLT tahap kedua dan ketiga Rp1,2 juta," kata Uni.
Ia mengaku, dirinya sebelumnya bangkrut dan menghentikan usaha kerajinan aneka makanan tradisional pada bulan Maret 2020 akibat pandemi COVID-19.
Saat itu, keuntungan berjualan habis untuk bayar sewa rumah dan kebutuhan makan bersama seorang anak dan suami.
Namun, pemerintah menggulirkan dana BLT hingga menerima Rp600 ribu dan dijadikan modal hingga kini bisa mendapat omzet Rp600 ribu dengan keuntungan bersih Rp150 ribu/hari.
"Kami sekarang usaha menjadi dua kali pagi dan sore hari dari modal BLT itu," kata Ema Uni yang menyandang buta huruf.
Begitu juga Saripah (50) warga Jaura Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya sangat terbantu dana BLT Rp600 ribu selama lima bulan dan dimanfaatkan untuk modal usaha makanan pecel.
Ia membuka usaha pecel itu dari modal BLT tahap pertama hingga kini berkembang dan bisa meraup keuntungan sekitar Rp120 ribu/hari.
Karena itu,keuntungan berjualan pecel itu bisa membiaya dua anaknya yang kini tinggal di Pondok Pesantren Modern.
"Kami bisa mengirim biaya pendidik anak di pesantren Rp1 juta/bulan dari hasil jualan itu," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lebak Eka Dharma Putra mengatakan saat ini warga yang menerima dana BLT itu sebanyak 5.717 orang dari Kementerian Sosial (Kemensos)
"Kami yakin dana BLT itu sangat luar biasa karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga peningkatan ekonomi mereka," katanya.