Jakarta (ANTARA) - PT Bank Amar Indonesia Tbk (Kode saham: AMAR) mencatat laba bersih pada 2019 sebesar Rp61 miliar meningkat sebesar empat kali lipat dari tahun 2018.
Vishal Tulsian, Presiden Direktur Amar Bank mengatakan dalam siaran pers, Rabu, sepanjang tahun 2019, berhasil mencapai kinerja sangat baik di tengah likuiditas yang ketat.
"Kinerja ini didorong utamanya oleh transformasi digital yang diterapkan Amar Bank terhadap produk Tunaiku dan adanya peningkatan pinjaman produktif Tunaiku," kata Vishal.
"Menurut riset Google, Temasek dan Bain & Company 2019, terdapat 92 juta masyarakat yang belum terlayani bank dan hanya sebesar 12% dari 59 juta UMKM di Indonesia yang memiliki akses ke layanan perbankan. Melalui akses pembiayaan kredit yang didukung oleh transformasi digital, Tunaiku berperan dalam mewujudkan inklusi keuangan di Indonesia dengan menjangkau lebih dari 350.000 nasabah dan lebih dari 100.000 UMKM," lanjut Vishal.
Di tahun yang sama, Amar Bank semakin fokus pada komitmennya terhadap inklusi keuangan dengan melayani nasabah UMKM dilihat dari persentase kredit yang disalurkan kepada UMKM terhadap total kredit di tahun 2019 sebesar 31,82%, meningkat dari hanya 14,96% di 2018.
Hal ini dicapai dalam rangka mendukung strategi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) dalam mendorong UMKM untuk naik kelas dan meningkatkan daya saing UMKM. Secara total, produk unggulan Amar Bank sekaligus pionir teknologi finansial, Tunaiku, berhasil mencatatkan peningkatan penyaluran pinjaman sebesar 100% di tahun 2019 atau sejumlah lebih dari Rp2 triliun utamanya untuk segmen masyarakat yang sebelumnya kurang terlayani oleh perbankan.
Dibuktikan oleh rasio keuangan utama, Amar Bank melanjutkan konsistensi sebagai bank yang kuat dan sehat.
Hal ini dinilai dari rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang tercatat solid pada level 55,65% jauh diatas kinerja CAR Bank Umum Konvensional per Desember 2019 yang tercatat sebesar 23,40%. Rasio CAR mengindikasikan bahwa Amar Bank memiliki modal yang kuat untuk mendukung ekspansi kegiatan usaha bank dan melanjutkan transformasi digital.
Dalam hal kinerja pengelolaan aset, Amar Bank mencatatkan rasio Return on Asset (ROA) sebesar 2,99% di tahun 2019 meningkat dari 1,59% di 2018. Peningkatan ROA menunjukkan peningkatan pendapatan dari aset, serta peningkatan efisiensi dari sisi biaya. Sementara itu, rasio Return on Equity (ROE) tercatat di angka 7,45% meningkat dari sebelumnya 3,45% di 2018. Ini adalah hasil baik dari peningkatan substansial aset Amar Bank secara keseluruhan dan peningkatan produktivitas.
Selanjutnya, Amar Bank mencatatkan rasio Net Interest Margin (NIM) sebesar 19,30% jauh diatas kinerja NIM Bank Umum Konvensional per Desember 2019 yang tercatat sebesar 4,91%. Ini menunjukkan kemampuan Amar Bank untuk mengembangkan aset yang berkualitas untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih yang menarik. Amar Bank juga berhasil menurunkan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dari 93,69% di 2018 menjadi 89,44% di 2019, hal ini menandakan bahwa kinerja operasional Amar Bank menjadi lebih efisien sejalan dengan ekspansinya.
Dalam hal pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), Amar Bank berhasil mencatat kenaikan sebesar 67% dengan total DPK sebesar Rp1,831 triliun. Peningkatan ini terbilang signifikan mengingat secara keseluruhan pertumbuhan total DPK bank umum konvensional per Desember 2019 menunjukkan peningkatan sebesar 6,54%. Hal ini menunjukkan kepercayaan publik yang semakin meningkat terhadap manajemen Amar Bank.
Dengan pertumbuhan substansial dan kinerja keuangan yang positif, 2019 adalah tahun yang penting bagi Amar Bank. Di tengah situasi pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, Amar Bank menyadari tantangan-tantangan yang muncul, namun Amar Bank tetap optimis untuk bertumbuh secara kinerja dan melanjutkan transformasi digital di kuartal ketiga.
Amar Bank sebelumnya bernama PT Anglomas International Bank (Amin Bank) didirikan pada 15 Maret 1991 di Surabaya. Sejak 2014, Amar Bank menjadi bagian dari Tolaram Group, perusahaan multinasional yang berpusat di Singapura yang memiliki berbagai kepentingan bisnis di seluruh dunia.