Sejumlah pelukis di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejak dua bulan terakhir semakin terpuruk karena hasil karyanya tidak menghasilkan pendapatan untuk keluarga akibat penyebaran Virus Corona baru atau COVID-19.

"Kami kini menjual masker untuk menghidupi ekonomi keluarga saat pandemi COVID-19," kata Egom (55), seorang pelukis warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Minggu.

Kehidupan ekonomi para seniman di Kabupaten Lebak semakin terpuruk saat pandemi COVID-19, karena karya-karya mereka tidak menghasilkan uang ibandingkan pada hari normal.

Pendapatan hari normal sebelum pandemi COVID-19, kata dia, relatif lumayan sehingga bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, termasuk pendidikan anak.

Namun kini, lanjutnya, hasil seni lukis tersebut tidak lagi bisa diandalkan, sehingga Egom pun terpaksa beralih menjual masker untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Ia mengaku pernah bekerja selama 22 tahun di Bali sebagai pelukis, namun kini mengembangkan seni melukisnya di kampung halaman di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Selama ini ia kadang menerima pesanan dari pedagang seni lukis maupun masyarakat, namun saat pandemi COVID-19 sama sekali tidak ada pesanan.

"Kami berharap pemerintah dapat memberikan bantuan kepada para seniman lukis agar kehidupan kami bisa bangkit kembali," kata seorang pelukis realis itu.

Begitu juga Reo (35) seorang pelukis komunitas Momonon Rangkasbitung mengatakan dirinya merasa terpukul saat pandemi COVID-19 karena omzet menurun drastis.

Biasanya, kata dia, menjelang Lebaran banyak pesanan lukis, namun saat ini terpuruk.

"Kami setiap hari tetap memajang lukisan di Jalan Multatuli Rangkasbitung, namun banyak duduk karena tidak ada pembeli," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Wadah Kreasi Seni (WKS) Rangkasbitung Dedi Heriyadi mengakui pandemi COVID-19 telah mempengaruhi pendapatan para pelukis yang tergabung dalam tujuh komunitas di daerah itu, antara lain KPJ Rangkasbitung, Momonon, dan WKS.

Produk karya lukisan mereka, kata dia, kebanyakan beraliran natural  mengingat harganya lebih terjangkau antara Rp300 ribu hingga Rp3,5 juta rupiah. Aliran lukis tersebut lebih banyak disukai masyarakat.

"Kami berharap seniman itu dapat kompensasi bantuan, karena pendapatan ekonomi seniman semakin terpuruk akibat pandemi Corona," kata Dedi yang pernah kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tahun 1986.


 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020