Tangkapan nelayan pesisir selatan Kabupaten Lebak, Banten, sejak satu bulan terakhir menurun akibat cuaca buruk yang melanda Perairan Samudera Hindia dengan ditandai gelombang tinggi dan angin kencang.

"Kami hanya berani melaut sekitar lima mil dari pantai, sehingga pendapatan berkurang," kata Iming (45) seorang nelayan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Binuangeun Kabupaten Lebak saat dihubungi, Sabtu.

Selama ini, tangkapan ikan di pesisir selatan Kabupaten Lebak menurun drastis akibat cuaca buruk yang melanda Perairan Samudera Hindia.

Biasanya, dirinya melaut bersama 12 nelayan hingga menghasilkan tangkapan sebanyak 10 ton selama delapan hari.

Namun, kata dia, saat ini tangkapan hanya tiga ton karena nelayan tidak berani melaut di atas 10 mil dari pantai.

Menurutnya, tangkapan tersebut tentu sebagian nelayan tradisional di sini tidak melaut, terlebih saat pandemi COVID-19.

"Kami sekarang melaut hanya bisa bertahan hidup saja dengan dua anak, karena pendapatan menurun itu," kata Iming.

Begitu juga nelayan lainnya, Nurdin (50) mengatakan saat ini, tangkapan ikan menurun sekitar 70 persen akibat dampak dari cuaca buruk di Perairan Samudera Hindia.

Gelombang cukup tinggi disertai hujan dan tiupan angin yang menyebabkan ikan-ikan mengalami migrasi ke daerah lain.

Selain itu juga dampak pandemi COVID-19 juga mempengaruhi pendapatan ekonomi.

"Kami berharap pemerintah segera menyalurkan jaring pengaman sosial (JPS) akibat dampak virus Corona itu," katanya menjelaskan.

Kepala PPI Binuangeun, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Agus Taman mengatakan saat ini kebanyakan nelayan tidak melaut karena tangkapan cukup menurun drastis akibat angin kencang disertai gelombang tinggi.

Cuaca buruk yang melanda pesisir selatan Lebak sudah berlangsung satu bulan lebih sehingga berdampak terhadap pendapatan.

"Kami minta nelayan tetap waspada guna mencegah kecelakaan laut akibat cuaca buruk itu," ujarnya.

 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020