Pondok pesantren Latansa Mashiro Rangkasbitung Kabupaten Lebak,Banten menerapkan pesantren ramah anak agar santri yang menimba ilmu  dapat dengan aman, tenang, nyaman dan damai tanpa terjadi kekerasan.

"Kami berharap pesantren ramah anak itu para santriwan-santriwati belajar lebih termotivasi, bersemangat juga merasa betah," kata Kepala Sekretariat Ponpes Latansa Mashiro Rangkasbitung Suhendy Rochaendy di Lebak, Selasa.

Penerapan pesantren ramah anak itu sangat positif untuk mencegah terjadi kekerasan yang menimpa santriwan-santriwati yang tengah belajar.

Sebab, santriwan-santriwati memerlukan ketenangan, kenyamanan dan kedamaian saat menimba ilmu pengetahuan tanpa terjadi kekerasan.

Apabila, pesantren ramah anak itu terwujud maka santriwan-santriwati akan termotivasi belajar lebih bersemangat.

Bahkan, mereka merasa betah dan lebih "haus" untuk menerima pendidikan ilmu-ilmu ajaran Islam dan ilmu nasional tersebut.

Selama ini, pesantren Latansa Mashiro yang berdiri dua tahun lalu masuk kategori pesantren modern juga sistem "Building School".

Mereka santriwan-santriwati itu mengikuti proses kegiatan belajar mengajar (KBM) selama 24 jam dan selama menimba ilmu di pesantren harus memiliki jiwa disiplin dengan mentaati semua aturan.

Sebab, pesantren Latansa Mashiro memiliki aturan yang ketat agar santriwan-santriwati tidak melakukan pelanggaran, seperti bolos, meninggalkan pesantren tanpa izin pengelola, membuat keonaran dan kegaduhan.

Mereka para santriwan-santriwati yang melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi berupa teguran ringan, sedang hingga berat.

"Semua santriwan-santriwati yang melakukan pelanggaran itu akan mendapat bimbingan agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatan yang salah. Itu teguran untuk mendisiplinkan jiwa mereka," ujarnya.

Menurut dia, keunggulan pesantren ramah anak itu diberlakukan dalam satu ruangan santriwan-santriwati tersebut terdapat seorang ustad atau guru.

Tugas guru itu, kata dia, mereka memberikan penyuluhan, ceramah hal-hal yang bersifat positif dan membangun serta menghibur.

Disamping itu juga guru melakukan bimbingan agar santriwan-santriwati lebih semangat untuk menimba ilmu dan tidak melakukan pelanggaran.

Saat ini, santriwan-santriwati yang belajar di Pesantaren Latansa Mashiro Rangkasbitung sebanyak 220 orang dan mereka dari berbagai daerah di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat hingga Pulau Sumatera.

Lokasi kawasan Pesantren Latansa Mashiro di Jalan By Pass Rangaksbitung dengan lahan seluas 8 hektare dan dilengkapi sarana olahraga dan masjid.

Mereka para santriwan-santriwati mengikuti proses KBM untuk jenjang SMP dan SMA selama 24 jam dengan melibatkan 50 ustad-ustadzah.

Kurikulum yang diberlakukan dipadukan antara nasional dan agama Islam, di antaranya kurikulum nasional seperti PKPN, Biologi, IPA, Ekonomi, Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Sedangkan, kata dia, kurikulum pendidikan agama Islam, di antaranya ilmu nahwu, sorop, tajwid, hadist, fiqh, sejarah Islam dan kitab gundul.

Namun, mereka para santriwan-santriwati usai shalat Maghrib melaksanakan kegiatan mengaji Alquran dan dipandu oleh ustad khusus yang memiliki kompetensi di bidang ilmu qiro'at.

"Kami memadukan kurikulum itu agar lulusan santiwan-santriwati di sini menjadi sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkarakter Islami, sehingga mampu hidup dengan keseimbangan antara dunia dan akhirat," ujarnya menjelaskan.

Sementara itu, Kepala Seksi Pondok Pesantren Kementerian Agama Kabupaten Lebak, Ajrum Firdaus mengatakan saat ini jumlah pesantren ramah anak tercatat 19 pesantren, di antaranya Latansa Mashiro Rangkasbitung.

Pesantren ramah anak itu karena memiliki sarana dan prasarana yang permanen untuk ruangan belajar dan bermain, sehingga relatif aman dari ancaman kekerasan.
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020