Dinas Pertanian Provinsi Banten mewaspadai masuknya penyakit demam pada hewan babi atau African Swine Fever (ASF) yang merebah di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia yakni di Sumatera Utara dan Kabupaten Bogor.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid di Serang, Jumat mengatakan saat ini penyakit hewan menular strategis menjadi prioritas pengendalian di Provinsi Banten diantaranya adalah penyakit demam pada babi atau yang dikenal dengan nama African Swine Fever (ASF) pada ternak babi dan antraks pada ternak ruminansia.
Ia mengatakan, merebaknya wabah penyakit ASF pada ternak babi di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia yakni di Sumatera Utara dan Kabupaten Bogor menjadi perhatian utama bidang kesehatan hewan di Dinas Pertanian Provinsi Banten karena Banten merupakan salah satu daerah yang dilintasi lalulintas hewan dan produk hewan dari Sumatera ke pulau Jawa atau sebaliknya.
"Populasi Babi di Provinsi Banten berjumlah 5.309 ekor dengan lokasi di Kota Tangerang sebanyak 1.942 ekor dan Kabupaten Tangerang sebanyak 3.367 ekor. Sementara data pemasukan ternak babi ke Provinsi Banten sebanyak 69.707 ekor," kata Agus.
Agus mengatakan, ASF adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen. Sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.
"Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap desinfektan. ASF tidak berbahaya bagi manusia dan bukan masalah kesehatan masyarakat. ASF bukan penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia (zoonosis)," kata Agus.
Menurutnya, di Sumatra utara puluhan ribu ternak babi terjangkit penyakit ASF dan menyebabkan kematian dalam jumlah banyak. Sehingga Kementerian Pertanian mengeluarkan SK Menteri Pertanian Nomor 20/KPTS/PK.320/M/12/2019 tentang Pernyataan Wabah Demam Babi Afrika (African Swine Fever) pada Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid di Serang, Jumat mengatakan saat ini penyakit hewan menular strategis menjadi prioritas pengendalian di Provinsi Banten diantaranya adalah penyakit demam pada babi atau yang dikenal dengan nama African Swine Fever (ASF) pada ternak babi dan antraks pada ternak ruminansia.
Ia mengatakan, merebaknya wabah penyakit ASF pada ternak babi di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia yakni di Sumatera Utara dan Kabupaten Bogor menjadi perhatian utama bidang kesehatan hewan di Dinas Pertanian Provinsi Banten karena Banten merupakan salah satu daerah yang dilintasi lalulintas hewan dan produk hewan dari Sumatera ke pulau Jawa atau sebaliknya.
"Populasi Babi di Provinsi Banten berjumlah 5.309 ekor dengan lokasi di Kota Tangerang sebanyak 1.942 ekor dan Kabupaten Tangerang sebanyak 3.367 ekor. Sementara data pemasukan ternak babi ke Provinsi Banten sebanyak 69.707 ekor," kata Agus.
Agus mengatakan, ASF adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen. Sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.
"Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap desinfektan. ASF tidak berbahaya bagi manusia dan bukan masalah kesehatan masyarakat. ASF bukan penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia (zoonosis)," kata Agus.
Menurutnya, di Sumatra utara puluhan ribu ternak babi terjangkit penyakit ASF dan menyebabkan kematian dalam jumlah banyak. Sehingga Kementerian Pertanian mengeluarkan SK Menteri Pertanian Nomor 20/KPTS/PK.320/M/12/2019 tentang Pernyataan Wabah Demam Babi Afrika (African Swine Fever) pada Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020