Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat Provinsi Sumatera Utara (Sumut) merupakan daerah suspek demam berdarah dengue (DBD) tertinggi pada minggu ketiga Oktober 2019 yaitu 250 kasus.

"Jadi ini laporan kalau ada curiga DBD sebagai kewaspadaan antisipasi kalau terjadi penularan yang cepat," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Suspek DBD itu, kata dia, artinya belum tentu positif kasus DBD namun harus menjadi kewaspadaan bagi masyarakat.

Jika dibandingkan pada minggu kedua di bulan yang sama, angka tersebut mengalami kenaikan sebanyak 19 suspek di mana awalnya hanya 231 suspek.

Selain Provinsi Sumut, Provinsi Jawa Tengah juga berada pada garis merah atau tertinggi yaitu 214 suspek. Kemudian disusul Provinsi Riau sebanyak 107 suspek DBD.

Ia mengatakan berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Kemenkes RI, Sumatera dan Jawa merupakan dua pulau paling tinggi atau masuk zona merah ditemukannya suspek DBD pada minggu ke-39 tahun 2019.

"Hal tersebut dibuktikan dengan Aceh 86 suspek, Sumut 250 suspek, Riau 107, Sumatera Barat 42 suspek dan Lampung 111 suspek," katanya.

Sementara untuk Pulau Jawa, Provinsi Jawa Barat tercatat sebanyak 174 suspek, Jawa Tengah 214 dan DKI Jakarta 32 suspek.

Sementara itu, untuk Papua suspek DBD berada pada zona hijau atau kategori rendah. Rinciannya yaitu Provinsi Papua sebanyak 10 suspek dan 11 suspek di Papua Barat.

Untuk mengantisipasi DBD, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) saat peralihan musim agar terhindar dari penyakit vektor.

"Peralihan musim itu identik dan berhubungan erat dengan penyakit vektor, jadi masyarakat perlu menyadari pentingnya PSN," katanya.

Pewarta: Muhammad Zulfikar

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019