Negara Indonesia merupakan pasar besar dan potensial untuk menyerap arus digitalisasi, karena jumlah penduduk Indonesia yang pada Tahun 2018 mencapai 268,2 juta jiwa, 163 juta diantaranya berusia antara 15 sampai 64 tahun.

Analis DKSP Bank Indonesia Putu Paulus Adi Susila-Analis DKSP pada kegiatan Pengembangan Mutu dan Kompetensi Ekonomi Digital dan Inovasi di Era Milenial di Denpasar, Bali, Sabtu (28/9), mengatakan penduduk berusia 15 sampai 64 tahun sebanyak 163 juta jiwa itu generasi Y (22-35 tahun) 59,71 persen, lebih banyak dibanding generasi Z (36-50) yang hanya 40,29 persen.

Ia mengatakan, struktur penduduk yang lebih banyak kaum muda itu menggambarkan tingginya angka penetrasi digital di Indonesia, baik dari sisi jumlah pelanggan layanan mobile, pengguna internet, juga yang aktif di media sosial (medsos).

Disisi usaha, baik fintech maupun e-commerce, Putu mengatakan, di Indonesia usaha tersebut telah berkembang dengan pesat, dan beberapa diantaranya telah bercategori unicorn.

Ia menyebutkan sampai Agustus 2019, terdapat 272 fintech dan 200 e-commerce yang hadir di Indonesia, empat diantaranya unicorn seperti gojek, dan juga yang sudah decacorn yaitu tokopedia dan traveloka, dan hectocorn yaitu bukalapak.

Perkembangan pesat usaha fintech dan e-commerse itu, menempatkan Indonesia teratas dalam pangsa pasar dengan putaran nilai bisnis tertinggi. Dngan besarnya potensi tersebut mendorong arus investasi asing masuk e strat-up Indonesia, katanya.

Putu juga menyebutkan Kehadiran fintech dan e-commerce membuka lebar peluang inklusivitas ekonomi-keuangan, kepada 51 persen penduduk unbanked dan 62,9 juta Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM). Perluasan inklusivitas tersebut terlihat pada jejaring yang dibangun oleh sejumlah fintech dan e-commerce besar, katanya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia provinsi Banten Erwin Soeriadimadja mengatakan Perkembangan pesat arus digitalisasi di Indonesia perlu didukung oleh semua pihak karena memang sudah memasuki era digital, yang mau tidak mau harus dihadapi.

Di Banten, perkembangan digital diakuinya belum begitu berkembang maksimal, terutama di wilayah selatan seperti Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang, karena sumber daya manusianya yang masih minim memahami teknologi digital tersebut.

Meskipun demikian, katanya, proses digital sudah banyak disukai masyarakat Banten yang dibuktikan dalam transaksi membayar dengan sistem non tunai, bahkan sektor pertanian juga mulai merambah sistek ekonomi digital dalam memasarkan produknya. 
 

Pewarta: Ridwan Chaidir

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019