Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) bersiap mengekspor sedotan minuman dari bahan bambu ke Jepang untuk mendukung pengurangan limbah plastik.

"Ekspor memang masih terbatas karena baru mulai," ujar Marketing Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) YEL, Arif Hasibuan di Pancurbatu, Deliserdang, Sumatera Utara, Selasa.

Menurut dia, ekspor ke Jepang itu direncanakan pada Juli dengan tahap awal sebanyak 15.000 batang. " Saat ini sedotan bambu untuk pembeli Jepang itu sedang dalam perampungan," katanya.

Dia menjelaskan, pengerjaan sedotan dari bambu itu masih dilakukan secara industri rumah tangga masyarakat di Pancurbatu, Deliserdang, binaan YEL.

Pengerjaan pembuatan sedotan bambu itu dilakukan di "bengkel" kawasan Orangutan Haven Pancurbatu, Deliserdang yang sedang dalam perampungan.

Menurut Arief ,sedotan bambu dengan standar panjang 21 centimeter yang di ekspor ke Jepang itu dijual Rp15.000 per batang.

"Kebetulan pembelinya adalah importir yang membeli kopi produk YEL yakni Orangutan Coffee, sedotan bambu itu juga dibranding serupa dengan logo Orangutan Coffee, " katanya.

YEL, ujar Arif terus menjajaki ekspor ke negara lain termasuk memperluas pasar ke dalam negeri. Sejumlah hotel dan restoran di Sumut, ujar dia, sudah menyatakan keinginan untuk membeli. "Semoga transaksi jual beli sedotan dari bambu itu jadi," katanya.

Dia menjelaskan, inisiatif membuat sedotan dari bambu bermula dari 2018 sejalan dengan semakin gencarnya program pengurangan limbah plastik.

YEL sendiri sejak 2017 sudah memanfaatkan bambu antara lain untuk restoran di Bukit Lawang, Langkat, Sumut.

"Setelah terus belajar tentang bambu yang pas untuk bahan sedotan, YEL akhirnya mencoba membuat sedotan itu dan akhirnya standardnya sudah memenuhi pasar Jepang sehingga terjadi persetujuan perdagangan," katanya.

Arif mengakui, sedotan minuman yang diekspor ke Jepang itu untuk kebutuhan restoran/cafe.

YEL, katanya juga belum bisa memproduksi sikat pembersih sedotan dari bambu itu sehingga untuk permintaan pelengkap sedotan itu, masih bekerja sama dengan pihak ketiga.

"Pembuatan sikat pembersih itu segera dipelajari untuk dikerjakan pengrajin binaan YEL di Bukit Lawang, Langkat," katanya.

Arief menegaskan, untuk usaha berkelanjutan dan menjaga lingkungan, YEL melakukan pemotongan pohon bambu dengan meninggalkan batang sekitar 40 persen ke bawah.

Pohon bambu yang dipotong itu juga memiliki standar besarannya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019