Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh, akan mengembangkan budidaya ikan lele sangkuriang dengan teknologi sistem bioflok atau membuat kolam dengan bahan terpal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKP Simeulue, Samsil Amin, di hubungi dari Meulaboh, Sabtu, mengatakan, teknologi yang dicetuskan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia itu, sudah terbukti keberhasilannya.
"Di beberapa daerah teknologi sistem bioflok ini ada yang berhasil, karena itu kami tahun ini akan melakukan uji coba pengembanganya kolam berbahan terpal atau bioflog yang dilakukan oleh dua kelompok nelayan binaan," katanya.
Ia berkata, sektor perikanan budidaya di Kabupaten Simeulue hingga kini masih terbatas dan dikembangkan oleh masyarakat secara sederhana, hal itu disebabkan oleh warga di daerah kepulauan Aceh itu lebih banyak nelayan perikanan tangkap.
Melalui pengembangan teknologi sistem bioflok tersebut diharapkan bisa meningkatkan produktivitas perikanan budidaya, apalagi teknologi tersebut terbukti lebih simpel, lebih mudah perawatan dan secara ekonomis lebih menguntungkan dari produksi.
"Dibandingkan pengembangan di kolam lumpur, dengan bioflog ini lebih meningkat dari produktivitas, kita akan memberikan bibit serta sarana budidaya kepada dua kelompok pembudidaya di Kecamatan Simeulue Timur dan Simeulue Barat," ungkapnya.
Lebih lanjut disampaikan, ukuran kolam bioflok tergantung luas lokasi, namun untuk diameter persegi biasanya berukuran 3 - 4 meter persegi, kolam bioflok bisa berbentuk bujur sangkar bisa juga dalam bentuk lingkaran.
Sistem bioflok ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya mampu berproduksi lebih banyak dibandingkan kolam biasa, demikian halnya untuk waktu pemeliharaan lebih singkat, yakni dengan benih awal 8 - 10 cm, sudah bisa dipanen selama tiga bulan.
Samsil Amin, menyampaikan, teknologi tersebut akan hemat dari sisi penyediaan pakan, kemudian memudahkan nelayan yang berencana memindahkan kolam tersebut, demikian juga saat proses panen tidak memakan waktu lama seperti kolam tambak.
"Pemerintah Provinsi Aceh akan membantu pengadaan benih. Ini baru pertama coba kita kembangkan dan semoga berhasil. Sebab pemanfaatan usaha perikanan di perairan umum dan budidaya tambak di Simeulue masih terbatas," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKP Simeulue, Samsil Amin, di hubungi dari Meulaboh, Sabtu, mengatakan, teknologi yang dicetuskan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia itu, sudah terbukti keberhasilannya.
"Di beberapa daerah teknologi sistem bioflok ini ada yang berhasil, karena itu kami tahun ini akan melakukan uji coba pengembanganya kolam berbahan terpal atau bioflog yang dilakukan oleh dua kelompok nelayan binaan," katanya.
Ia berkata, sektor perikanan budidaya di Kabupaten Simeulue hingga kini masih terbatas dan dikembangkan oleh masyarakat secara sederhana, hal itu disebabkan oleh warga di daerah kepulauan Aceh itu lebih banyak nelayan perikanan tangkap.
Melalui pengembangan teknologi sistem bioflok tersebut diharapkan bisa meningkatkan produktivitas perikanan budidaya, apalagi teknologi tersebut terbukti lebih simpel, lebih mudah perawatan dan secara ekonomis lebih menguntungkan dari produksi.
"Dibandingkan pengembangan di kolam lumpur, dengan bioflog ini lebih meningkat dari produktivitas, kita akan memberikan bibit serta sarana budidaya kepada dua kelompok pembudidaya di Kecamatan Simeulue Timur dan Simeulue Barat," ungkapnya.
Lebih lanjut disampaikan, ukuran kolam bioflok tergantung luas lokasi, namun untuk diameter persegi biasanya berukuran 3 - 4 meter persegi, kolam bioflok bisa berbentuk bujur sangkar bisa juga dalam bentuk lingkaran.
Sistem bioflok ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya mampu berproduksi lebih banyak dibandingkan kolam biasa, demikian halnya untuk waktu pemeliharaan lebih singkat, yakni dengan benih awal 8 - 10 cm, sudah bisa dipanen selama tiga bulan.
Samsil Amin, menyampaikan, teknologi tersebut akan hemat dari sisi penyediaan pakan, kemudian memudahkan nelayan yang berencana memindahkan kolam tersebut, demikian juga saat proses panen tidak memakan waktu lama seperti kolam tambak.
"Pemerintah Provinsi Aceh akan membantu pengadaan benih. Ini baru pertama coba kita kembangkan dan semoga berhasil. Sebab pemanfaatan usaha perikanan di perairan umum dan budidaya tambak di Simeulue masih terbatas," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019