Lebak (Antaranews Banten) - Masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, mengembangkan inovasi kerajinan alam guna meningkatkan pendapatan ekonomi di daerah itu.
     
"Pengembangan kerajinan alam itu, karena masyarakat Badui menolak modernisasi," kata Kepala Desa Kanekes Kecmatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Saija saat mengikuti kegiatan Bursa Inovasi Desa di Lebak, Kamis.
     
Masyarakat Badui hingga kini mengembangkan usaha kerajinan alam guna meningkatkan pendapatan ekonomi, selain hasil komoditas pertanian ladang huma.
     
Produk usaha kerajinan itu sudah dilaksanakan sejak turun temurun dan kini sudah menembus pasar domestik hingga mancanegara.
     
Kerajinan alam itu antara lain kain tenun, minuman jahe, minuman madu hutan, tas koja, batik dan souvenir.
     
"Semua kerajinan itu menggunakan bahan baku alam yang ada di kawasan Badui, bahkan pewarna kain tenun dari dedaunan,termasuk tas koja dari pohon terep," katanya menjelaskan.
     
Menurut dia, saat ini sudah puluhan unit usaha masyarakat Badui menggeluti aneka kerajinan dan menyumbangkan pendapatan ekonomi.
     
Mereka memproduksi usaha kerajinan itu dikerjakan secara tradisional dan tidak menggunakan peralatan teknologi.
     
Meski produksi tradisional, namun diminati  konsumen  karena memiliki nilai tradisional dan layak jual.
     
Harga produk Badui, seperti kain tenun Rp65.000,-, baju Rp70.000,-, selendang Rp250.000,-, tas koja Rp25.000,-, kopiah Rp15.000,-, golok Rp300.000,-, souvenir dari harga Rp15.000,- hingga Rp25.000,-.
     
Selain itu, juga produk minuman jahe gula aren dijual Rp30.000,- per botol dan madu Rp40.000,- per botol.
     
"Warga kami sangat terbantu adanya inovasi itu dan pendapatan ekonomi mereka cukup baik," katanya.
     
Neng (35), seorang pedagang di kawasan Badui mengaku selama ini banyak pengunjung yang datang bersama rombongan membeli beraneka jenis sovenir, pakaian, kaos bertuliskan Badui, kain tenun, golok, tas koja, selendang dan ikat kepala.
     
Pengunjung menilai, produk-produk Badui sangat alami dan memiliki keunikan tersendiri karena didominasi warna biru dan hitam, seperti pakaian batik, kain tenun, sarung, salendang dan tas koja.
     
"Kami setiap akhir pekan kewalahan melayani permintaan wisatawan," katanya.
   
Sementara itu, Haerudin (25), wisatawan dari Jakarta mengaku dirinya sangat tertarik dengan produk kerajinan Badui karena kualitasnya cukup bagus.
     
Karena itu, dirinya memborong kerajinan Badui seperti kain tenun, gelang, gantungan kunci, pernak-pernik miniatur dan golok.
   
"Kerajinan Baduy ini untuk menjadi kenangan-kenangan buat teman-teman di Jakarta," katanya.
 

Pewarta: Mansyur

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018