Lebak (Antaranews Banten) - Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM Suparno mengatakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga kini sudah terserap Rp200 triliun untuk membantu permodalan bagi pelaku usaha micro kecil menengah (UMKM).
     
"Kami yakin dana KUR itu dipastikan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat juga penyerapan lapangan pekerjaan," kata Suparno saat menghadiri Peringatan Hari Koperasi ke-71 Provinsi Banten yang dipusatkan di Kabupaten Lebak, Sabtu.
     
Pelaku UMKM yang berkembang di masyarakat tentu sangat terbantu adanya penyaluran dana KUR.
     
Penyaluran KUR sebesar Rp200 triliun itu dengan bunga 7 persen di 2018. Mereka para pelaku UMKM mendapatkan dana KUR melalui perbankan yang ditunjuk pemerintah, diantaranya Bank-Bank dibawah naungan BUMN.
     
Para penerima dana KUR juga Kementerian Koperasi dan UKM melakukan pembinaan agar kegiatan volume usahanya berkembang.
     
"Saya kira bunga pengembalian KUR sebesar 7 persen merupakan kebijakan pemerintah atas perintah Presiden kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian," katanya menjelaskan.
     
Menurut dia, saat ini pelaku UMKM di Indonesia mengalami kemajuan pesat, bahkan banyak produk UMKM ekspor ke luar negeri.
     
Misalnya, pelaku UMKM gula semut dan kerajinan bambu asal Kabupaten Lebak mampu eksor ke sejumlah negara di Benua Asia, Eropa, Amerika Serikat dan Australia.
     
Keberhasilan pelaku UMKM itu,tidak lepas peran serta dana KUR yang disalurkan pemerintah.
     
Kementerian Koperasi dan UKM sebagai kuasa pengguna anggaran terus mengoptimalkan pembinaan-pembinaan kepada pelaku UMKM agar pengembangan usaha mereka produktif dan berkembang.
     
Apabila, pelaku UMKM itu berkembang dipastikan dapat mendongrak pertumbuhan ekonomi masyarakat juga penyerapan lapangan pekerjaan.
     
"Kami terus mendorong agar pelaku UMKM dapat menyerap dana KUR karena relatif kecil bunga pengembalian hingga 7 persen," katanya.
     
Ia mengatakan, pelaku UMKM hingga kini tidak berdampak adanya gejolak nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
     
Pengalaman itu pernah terjadi tahun 1998 dan pelaku UMKM tidak terimbas nilai rupiah terhadap dolar.
     
Sebab, kebanyakan pelaku UMKM itu menggunakan bahan baku lokal dan tidak didatangkan dari impor.
     
"Kami melihat langsung pada pameran UMKM yang berlangsung di Kabupaten Lebak cukup berkembang," katanya.
     
Sementara itu, Anwar (55), seorang perajin gula semut warga Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak mengaku dirinya setiap bulan mengekspor gula semut ke Australia antara 20-30 ton. 
     
Saat ini, permintaan gula semut di negara Kanguru itu cukup tinggi untuk memenuhi permintaan hotel, super market juga produksi aneka makanan di negara itu.
     
Tingginya permintaan pasar ekpsor itu setelah mengikuti pameran produk gula semut Lebak di Belanda melalui sponsor perusahaan eksportir dari Jakarta.    

"Kami merasa bangga komoditas lokal itu bisa menembus pasar ekspor," katanya.
 

Pewarta: Mansyur

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018