Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Banten mencatat 7.580 warga yang terdampak bencana alam sejak sepekan terakhir akibat cuaca ekstrem di daerah itu.

"Dari 7.580 warga yang terdampak bencana alam itu, di antaranya lima orang meninggal dunia," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama di Lebak, Jumat.

Masyarakat Kabupaten Lebak agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagian menyusul cuaca ekstrem selama sepekan ke depan masih berpeluang.

Cuaca ekstrem itu mulai hujan intensitas lebat, sedang hingga ringan disertai angin kencang dan petir.

Karena itu, pihaknya minta masyarakat khususnya yang tinggal di daerah rawan bencana alam agar waspada dan siap siaga, sebab khawatir terjadi bencana susulan.

Baca juga: Empat warga Badui dirujuk ke RSUD Banten, satu dilaporkan meninggal

Selama ini, ujarnya, wilayah Kabupaten Lebak masuk kategori langganan bencana alam mulai banjir, longsor, pergerakan tanah hingga tsunami, karena topografi alamnya pegunungan, perbukitan, aliran sungai dan pesisir pantai.

"Kami berharap masyarakat memiliki kesadaran untuk mencegah bencana alam agar menimbulkan korban jiwa," katanya.

Menurut dia, warga yang terdampak bencana alam itu sebanyak 7.580 jiwa dari 1.909 Kepala Keluarga (KK) tersebar di 66 desa dan satu  kelurahan di 19 kecamatan.

Selain itu juga tercatat 2.247 rumah terdampak banjir, longsor dan pergerakan tanah dan 45 rumah rusak berat, tiga rumah rusak sedang, dan 158 rumah rusak ringan juga 1.949 rumah, 10 fasilitas sosial dan fasilitas umum terendam banjir.

Baca juga: Warga Lebak diingatkan tetap waspadai bencana pergerakan tanah

Ketua Relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Lebak Iwan Hermansyah mengatakan, pihaknya kini memasuki hari keenam membuka dapur umum untuk membantu korban bencana pergerakan tanah yang mengungsi di Desa Cidikit Kecamatan Bayah dan Desa Penyaungan Kecamatan Cihara.

Saat ini, Tagana berada di Posko 1 Panyaungan-Cihara karena terdapat pengungsi 24 KK dengan 81 jiwa, sedangkan Posko 2 Cidikit-Bayah 67 KK dengan 180 jiwa.

Para pengungsi korban bencana pergerakan tanah itu menempati gedung sekolah dan tenda.

“Kita setiap hari mendistribusikan sebanyak 1.200 nasi bungkus ke lokasi pengungsian,” katanya.

Mimi Sumiati, seorang juru masak dari relawan Tagana Posko 1 Panyaungan – Cihara Kabupaten Lebak mengaku dirinya bisa memenuhi ketersediaan nasi bungkus untuk masyarakat yang tinggal di pengungsian korban pergerakan tanah, untuk makan tiga kali dalam sehari, yakni sarapan, makan siang, dan sore.

Mereka mengonsumsi menu makan sederhana dengan aneka sayuran, telur, daging ayam, ikan basah, tempe, tahu, buah-buahan, dan lalapan.

"Kami bekerja keras untuk memenuhi ketersediaan makanan warga yang terdampak bencana alam," katanya.

Baca juga: Dukung program MBG, petani Lebak siap pasok pangan lokal

 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024