Jakarta (Antaranews) - PT Agro Indomas perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah dalam pengelolaannya tetap memperhatikan kelestarian hutan.
"Kami berpegang teguh kebijakan tidak ada penggundulan hutan, pembukaan lahan gambut dan tidak ada eksploitasi terhadap sumber daya manusia atau dikenal dengan "No Deforestation, No Peat and No Exploitation" (NDPE Policy) yang sudah diberlakukan sejak Mei 2017," kata Director Sustainability PT Agro Indomas, Edi Suhardi saat dihubungi, Rabu.
Menurut dia kebijakan ini membuat perusahaan memiliki komitmen untuk menjaga kelestarian hutan.
Industri kelapa sawit Indonesia, menurut Edi, menjadi salah satu andalan penyumbang devisa bagi negara, karenanya perkebunan kelapa sawit dan industri minyak sawit menjadi sektor strategis yang memberikan kontribusi pada bergeraknya perekonomian nasional.
"Kebijakan Berkelanjutan (Sustainability Policy) ini memang menjadi falsafah kegiatan korporasi kami," kata Edi.
Sebagai salah satu anak usaha Goodhope Asia Holdings Ltd. atau Grup Agro Harapan Lestari, PT Agro Indomas melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak sawit mentah di Sampit, Kalimantan Tengah.
Pada awal tahun 2018 ini, data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang dikutip dari ulasan di katadata.co.id pada 30 Januari 2018 menyebutkan bahwa nilai ekspor minyak sawit Indonesia pada 2017 mencapai 22,97 miliar dolar AS, naik 26 persen dibandingkan 2016 sebesar 18,22 miliar dolar AS.
Lebih lanjut disebutkan bahwa nilai ekspor yang dikatakan tertinggi dalam sejarah Indonesia itu selain ditopang oleh permintaan dari negara-negara kawasan yang menjadi pasar tradisional minyak sawit, juga karena ada lonjakan dari pasar non tradisional seperti Afrika.
Secara makro, kondisi tersebut cukup menggembirakan bagi produsen minyak sawit dalam negeri, yang memberikan sedikit petunjuk bahwa ada kebutuhan minyak sawit di berbagai negara.
PT Agro Indomas sebagai bagian mikro dalam industri kelapa sawit melihat beberapa tantangan yang masih akan menghadang pada perkembangan ke depannya ketika mengejar target pertumbuhan pasar ekspor dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Pengelolaan lahan dan perkebunan dan pembinaan plasma untuk areal yang meliputi puluhan ribu hektar juga membutuhkan penanganan yang serius agar tidak menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap kelestarian lingkungan dan kualitas hidup penduduk setempat.
"Kami juga menyampaikan kepada pihak-pihak yang bekerja sama dengan PT Agro Indomas untuk melaksanakan aktivitas secara bertanggung jawab, ramah lingkungan dan layak secara ekonomi," ujar Edi Suhardi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018
"Kami berpegang teguh kebijakan tidak ada penggundulan hutan, pembukaan lahan gambut dan tidak ada eksploitasi terhadap sumber daya manusia atau dikenal dengan "No Deforestation, No Peat and No Exploitation" (NDPE Policy) yang sudah diberlakukan sejak Mei 2017," kata Director Sustainability PT Agro Indomas, Edi Suhardi saat dihubungi, Rabu.
Menurut dia kebijakan ini membuat perusahaan memiliki komitmen untuk menjaga kelestarian hutan.
Industri kelapa sawit Indonesia, menurut Edi, menjadi salah satu andalan penyumbang devisa bagi negara, karenanya perkebunan kelapa sawit dan industri minyak sawit menjadi sektor strategis yang memberikan kontribusi pada bergeraknya perekonomian nasional.
"Kebijakan Berkelanjutan (Sustainability Policy) ini memang menjadi falsafah kegiatan korporasi kami," kata Edi.
Sebagai salah satu anak usaha Goodhope Asia Holdings Ltd. atau Grup Agro Harapan Lestari, PT Agro Indomas melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak sawit mentah di Sampit, Kalimantan Tengah.
Pada awal tahun 2018 ini, data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang dikutip dari ulasan di katadata.co.id pada 30 Januari 2018 menyebutkan bahwa nilai ekspor minyak sawit Indonesia pada 2017 mencapai 22,97 miliar dolar AS, naik 26 persen dibandingkan 2016 sebesar 18,22 miliar dolar AS.
Lebih lanjut disebutkan bahwa nilai ekspor yang dikatakan tertinggi dalam sejarah Indonesia itu selain ditopang oleh permintaan dari negara-negara kawasan yang menjadi pasar tradisional minyak sawit, juga karena ada lonjakan dari pasar non tradisional seperti Afrika.
Secara makro, kondisi tersebut cukup menggembirakan bagi produsen minyak sawit dalam negeri, yang memberikan sedikit petunjuk bahwa ada kebutuhan minyak sawit di berbagai negara.
PT Agro Indomas sebagai bagian mikro dalam industri kelapa sawit melihat beberapa tantangan yang masih akan menghadang pada perkembangan ke depannya ketika mengejar target pertumbuhan pasar ekspor dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Pengelolaan lahan dan perkebunan dan pembinaan plasma untuk areal yang meliputi puluhan ribu hektar juga membutuhkan penanganan yang serius agar tidak menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap kelestarian lingkungan dan kualitas hidup penduduk setempat.
"Kami juga menyampaikan kepada pihak-pihak yang bekerja sama dengan PT Agro Indomas untuk melaksanakan aktivitas secara bertanggung jawab, ramah lingkungan dan layak secara ekonomi," ujar Edi Suhardi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018