Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan pemerintah kini tengah mengembangkan laboratorium kesehatan masyarakat (labkesmas) untuk bisa mendeteksi penyakit lebih dini.

“Kami harus membangun fasilitas kesehatan untuk bisa melakukan deteksi dini, baik surveillance penyakit menular atau skrining penyakit tidak menular. Perlu dibangun fasilitas-fasilitas laboratorium untuk bisa mendeteksi kedua potensi penyakit ini dan faktor-faktor risikonya, apakah itu lingkungan, makanan, atau vektornya harus bisa dideteksi dini,” ujar Menkes Budi di Jakarta, Senin.

Ia menegaskan 300 ribu posyandu akan diberikan alat pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi glukosa, kolesterol, asam urat, dan tekanan darah atau Point of Care Testing(POCT), juga dilengkapi dengan alat rapid test.

“Sedangkan untuk 10.000 puskesmas, kita akan berikan alat-alat laboratorium yang lebih canggih dari POCT. Untuk penyakit tidak menular kita akan berikan blood chemical analyzer hingga hemato analyzer (alat untuk mengukur sampel darah),” kata Menkes.

Baca juga: Kemenkes jalin kemitraan guna perluas cakupan imunisasi cacar api

Ia juga menyampaikan untuk skrining atau deteksi dini penyakit ibu, puskesmas juga telah dilengkapi dengan alat ultrasonografi atau USG.

“Untuk jantung kita juga mau kasih elektrokardiografi (EKG), jadi makin banyak yang kita bisa kembangkan. Kita baru dapat 50 mobile x-ray, juga kita kembangkan sampai ke sana. Beberapa puskesmas untuk penyakit menular seperti tuberkulosis (TBC) juga kita kasih alat tes cepat molekuler (TCM),” papar Menkes.

Menkes berharap dengan pengembangan labkesmas secara masif tersebut, akan lebih banyak alat-alat laboratorium yang didorong ke level puskesmas untuk bisa melakukan deteksi dini baik penyakit menular atau tidak menular.

Baca juga: Kemenkes optimistis target penurunan stunting 14 persen tahun ini tercapai

Menkes  mengemukakan semua data yang dideteksi di labkesmas akan masuk ke dalam sistem Satu Sehat, sehingga semua dokter, spesialis, peneliti, dapat memiliki akses dengan otoritas tertentu.

“Para peneliti di perguruan tinggi bisa mempunyai akses yang berbasis di Indonesia, ini bisa kita jadikan kumpulan basis data terbesar untuk patogen (penyakit menular) maupun penyakit tidak menular,” ucap Menkes.

Ia memaparkan hingga Juli 2024 Kemenkes telah melakukan skrining pada 60 juta orang, baik gula darah, tekanan darah, maupun kolesterol, dan semua sudah didigitalisasi berdasarkan nama dan alamat.

“Data-data itu akan menjadi sumber yang masif untuk kita mengambil kebijakan tepat dan melakukan analisis, yang mudah-mudahan bisa memperbaiki layanan kesehatan di Indonesia. Saya ingin memastikan semua laboratorium kita memiliki kapasitas yang baik,” tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Baca juga: Capai target temuan TBC, Pemprov Banten dapat apresiasi Kemenkes

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024