Lebak (Antara News Banten) - Pelaku usaha kaum perempuan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dapat membangkitkan ekonomi keluarga untuk mengatasi lilitan kemiskinan terstuktur.
     
Berdasarkan pantauan, Kamis, menunjukkan kaum perempuan Kabupaten Lebak mereka sejak pagi buta menggeluti pelaku ekonomi untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang lebih baik dan sejahtera.
     
Mereka kaum perempuan begitu gigih dengan berprofesi sebagai pedagang di pasar subuh Rangkasbitung, berjualan keliling aneka produk makanan tradisional, penjual nasi, baluk sayuran, juga aneka anyaman kerajinan.
     
Para pelaku usaha perempuan bertujuan untuk membantu pendapatan suami untuk memperkuat ekonomi keluarga.
     
"Kami sudah 15 tahun berjualan di depan RSUD Adjidarmo Rangkasbitung mampu menyekolahkan tiga anak juga membangun rumah,sebab penghasilan suami sebagai buruh relatif kecil," kata Saryati (55) seorang penjual aneka makanan tradisional di Lebak, Kamis.
     
Selama ini, dirinya berjualan habis terus dan bisa meraup keuntungan sekitar Rp100-150 ribu per hari.
     
Pendapatan sebesar itu tentu bisa ditabungkan untuk kebutuhan keluarga.
     
Aneka makanan tradisional itu, kata dia, sebagian produksi sendiri dan sisanya mengambil dari orang lain.
     
Sebagian besar pembelinya, selain pasien rumah sakit juga warga Rangkasbitung.
     
"Kami menjual aneka makanan tradisional itu, seperti kue jojorong, pasung, bugis, dadargulung juga nasi timbel," kata Saryati yang kini kehidupan keluarga cukup sejahtera.
     
Begitu juga Ema Yati (50) warga Rangkasbitung mengaku sejak dua pekan terakhir dagangan laku keras sehingga bisa meraih keuntungan sekitar Rp100 ribu bersih.
     
Ia berjualan keliling antarkampung ke kampung dengan menjajagi aneka makanan seperti dadar gulung, roket, uli, goreng pisang, bakwan, papais, pais gurih, gandasturi dan gegeplak.
     
Produk makanan itu banyak diminati pembeli karena harganya murah juga rasanya enak juga terjamin higienis.
     
Selama ini, kata dia, omzet pendapatan meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan hari biasa.
     
Produk makanan yang dijual keliling itu habis dibeli konsumen langganan tanpa sisa.
     
Apalagi,saat ini wilayah Rangkasbitung dilanda hujan sehingga konsumsi masyarakat meningkat.   
     
"Kami menjual makanan itu untuk membantu ekonomi keluarga setelah suaminya sudah tidak bekerja lagi dan bisa membiaya anak yang kini duduk di bangku SMKN 1 Rangkasbitung," katanya.
     
Menurut dia, produksi makanan itu dengan investasi sekitar Rp500.000 dan menghasilkan keuntungan antara Rp90 ribu sampai Rp120 ribu per hari.
     
Dari hasil berjualan itu mampu membeli beras, membayar BPJS,sekolah anak juga rumah kontrakan.
     
"Kami berjualan ini bisa menghidupi suami yang sudah usia lanjut dan satu anak," ujarnya menjelaskan.
     
Siti Maryati (50), seorang pedagang keliling warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku dirinya berjualan nasi timbel, gado-gado, pepes ikan, ikan bakar gurame serta keroket banyak diminati pengunjung.
     
Selama berjualan itu, kata dia, dirinya kini mampan ekonomi keluarga,bahkan diantaranya anaknya menajdi ASN dan TNI.
     
"Kami berjualan di sini cukup lumayan dan bisa membiayai pendidikan anak-anak setelah suaminya 15 tahun meninggal," katanya.
     
Sementara itu, Nimah  (35),seorang pedagang baluk sayuran warga Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku dirinya setiap hari harus bangun dinihari untuk pergi ke pasar subuh Rangkasbitung.
   
Ia membeli aneka macam sayuran dan makanan lainnya untuk dijual kembali di kampung halamannya dengan berkeliling menggunakan sepeda motor.
   
"Kami suda tiga tahun berjualan baluk sayur karena pendapatan suami sebagai penjaga sekolah relatif kecil," katanya.

Baca juga: Kementerian PPPA Latih Kepemimpinan Tokoh Perempuan Perdesaan

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018