Lebak (Antara News) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, optimistis destinasi wisata budaya komunitas masyarakat Badui mendunia karena memiliki keunikan yang tidak dimiliki daerah lain di Tanah Air.

"Keunikan masyarakat Badui itu tentu akan menjadikan daya tarik tersendiri untuk mendatangkan wisatawan domestik dan mancanegara," kata Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan dan Perekonomian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lebak Iman Hidayat saat dihubungi di Lebak,Selasa.

Keunikan masyarakat Badui hingga kini masih mempertahankan adat leluhurnya yang dijadikan sandaran kehidupan mereka dalam sosial, pergaulan dan pertanian.

Masyarakat Badui mengandalkan kehidupan mereka dari bercocoktanam padi ladang huma juga tanaman pisang, palawija hingga tanaman keras.

Begitu juga kawasan permukiman Badui menolak kehidupan modernisasi dan tidak ada pembangunan jalan aspal, jembatan permanen, rumah permanen,jaringan listrik, pendidikan, puskesmas sampai perabotan elektronika.

Selain itu budaya masyarakat Badui memiliki keunikan lain, seperti agenda event festival Badui dan Seba Badui. Perayaan event itu dapat mendatangkan wisatawan domestik dan mancanegara.

Selain itu juga wisatawan bisa mengunjungi cara-cara bercocoktanam masyarakat Badui yang mengembangkan komoditas pertanian di lahan darat.

Kehidupan masyarakat Badui cukup sederhana dengan membangun rumah-rumah yang terbuat dari kayu, bambu dan atap rumbia.

"Saya kira keunikan masyarakat Badui itu tentu dapat menjadikan daya tarik wisatawan domestik dan asing," katanya.

Menurut Iman, kehidupan budaya masyarakat Badui juga ada kesamaan dengan suku asing di negara lain,seperti suku Aborigin di Australia, suku Amish di Amerika Serikat, atau suku Incha di Manchu Pichu Peru.

Bahkan, masyarakat Baduy Dalam berpakaian putih-putih bepergian ke luar daerah harus berjalan kaki dan dilarang naik angkutan kendaraan.

Keberadaan suku terasing itu akan menjadi objek wisata dunia sehingga memberikan dampak positif terhadap pemerintah daerah.

Dengan begitu, ujarnya, pemerintah daerah tahun 2018 akan menerbitkan regulasi kebijakan pariwisata menjadikan lokomotif perekonomian masyarakat.

Apalagi, produk-produk kerajinan suku Badui cukup unik di antaranya aneka jenis souvenir, tas koja, golok, kain tenun, dan gula aren.

"Kami yakin wisata Badui dipastikan bisa menjadi objek wisata mendunia," katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, pemerintah daerah terus membangun jalan menuju objek wisata budaya Badui dari Rangkasbitung hingga Ciboleger atau pintu gerbang masuk kawasan Badui.

Pembangunan infrastuktur itu bisa memudahkan akses menuju kawasan destinasi wisata budaya Badui.

Selama ini, pengunjung ke kawasan permukiman Badui tidak dibebani retribusi oleh pemerintah daerah.

"Kami memberikan kemudahan bagi wisatawan yang berkunjung ke Badui dengan tidak tidak memungut biaya," katanya.

Muhammad Husen, seorang Anggota DPRD Kabupaten Lebak mengatakan potensi objek wisata Badui memiliki nilai jual hingga mendunia karena cukup menarik untuk dijadikan bahan penelitian.

Sebab, katanya, masyarakat Badui masuk kategori suku terasing yang ada di dunia itu.

Masyarakat Badui yang berpenduduk 10.600 jiwa sangat bersahabat dengan alam juga melindungi hutan lindung seluas 3.100 hektare.

"Kami yakin objek wisata itu bisa mendatangkan wisatawan mancanegara," ujar politikus PKB itu.

Sekretaris Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar Sarpin mengatakan selama ini rombongan pengunjung objek wisata BaduI kebanyakan dari perguruan tinggi, sekolah, peneliti, lembaga, instansi swasta, dan pemerintah, sedangkan dari kalangan keluarga relatif kecil.

"Kami yakin ke depan kunjungan wisata adat BaduI meningkat, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal," kata Sarpin.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017