Sejumlah mahasiswa Universitas Pelita Harapan (UPH) Tangerang, Banten mendeklarasikan kampus bebas dari kekerasan seksual untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi semua pihak.
Koordinator Social Campaign ELEFAITH 2024 UPH Dominique Dolpin di Tangerang, Rabu, mengatakan deklarasi UPH bebas dari kekerasan seksual ini sangat penting dilakukan lantaran masih dipandang sebelah mata oleh banyak orang.
Selain itu, masih banyak korban kekerasan seksual yang merasa takut untuk mengekspresikan adalah korban. Dengan adanya deklarasi tersebut juga menunjukkan seluruh komunitas di UPH bisa menjadi garda terdepan dalam mengatasi kekerasan seksual.
“Kami berharap teman-teman mahasiswa, dosen, dan juga para staf di UPH mempunyai kesadaran bahwa kekerasan seksual sangat bisa terjadi di sekitar kita. Kita sebagai komunitas harus bergandengan tangan untuk menghadapi dan mengawal kekerasan seksual yang terjadi di sekitar kita,” kata Dolpin yang merupakan mahasiswi dari program studi (Prodi) Ilmu Komunikasi UPH angkatan 2021.
Baca juga: Mahasiswi Tangerang juarai kompetisi konseling pasien berbahasa Inggris
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) per Juli 2023, terjadi 65 kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan tinggi. Hal ini tentunya patut menjadi perhatian bagi setiap pihak, terutama institusi pendidikan.
"Kekerasan seksual merupakan masalah yang sering terjadi di perguruan tinggi berbagai negara, termasuk Indonesia. Kekerasan seksual di perguruan tinggi bisa mencakup berbagai perilaku, seperti pelecehan seksual, pemaksaan hubungan seksual, pelecehan verbal, dan tindakan-tindakan lain melibatkan unsur seksual yang tidak diinginkan," kata dia dalam keterangannya.
Hendra Thamrindinata selaku Associate Provost for Faith and Learning Integration UPH mengatakan gerakan yang dilakukan oleh para mahasiswa UPH ini sangat penting untuk mencegah kekerasan seksual di kampus.
"Rektorat mendukung 100 persen kampanye yang dimulai dari kalangan mahasiswa ini. Gerakan tidak harus selalu dari atas, tetapi juga bisa dari bawah supaya semakin meningkatkan kepedulian dari mahasiswa itu sendiri," katanya.
Baca juga: Prodi desain interior UPH gandeng industri ciptakan ekosistem pendidikan
Angela Rosari Lowell Saputan selaku Ambassadors of UPH mengemukakan deklarasi tersebut menjadi bukti UPH adalah kampus anti kekerasan seksual.
Selain itu, pihaknya juga turut aktif berdiskusi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dalam pembuatan modul serta membahas mengenai isu-isu kekerasan seksual di kampus.
"Dengan adanya kegiatan ini, seluruh mahasiswa UPH memiliki kesadaran bahwa kekerasan seksual adalah hal yang salah dan perlu ditolak," kata Angela yang merupakan Mahasiswi Prodi Teknik Sipil angkatan 2022
Baca juga: Prof Irawati sebut Bioremediasi ramah lingkungan tangani limbah tembaga
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024
Koordinator Social Campaign ELEFAITH 2024 UPH Dominique Dolpin di Tangerang, Rabu, mengatakan deklarasi UPH bebas dari kekerasan seksual ini sangat penting dilakukan lantaran masih dipandang sebelah mata oleh banyak orang.
Selain itu, masih banyak korban kekerasan seksual yang merasa takut untuk mengekspresikan adalah korban. Dengan adanya deklarasi tersebut juga menunjukkan seluruh komunitas di UPH bisa menjadi garda terdepan dalam mengatasi kekerasan seksual.
“Kami berharap teman-teman mahasiswa, dosen, dan juga para staf di UPH mempunyai kesadaran bahwa kekerasan seksual sangat bisa terjadi di sekitar kita. Kita sebagai komunitas harus bergandengan tangan untuk menghadapi dan mengawal kekerasan seksual yang terjadi di sekitar kita,” kata Dolpin yang merupakan mahasiswi dari program studi (Prodi) Ilmu Komunikasi UPH angkatan 2021.
Baca juga: Mahasiswi Tangerang juarai kompetisi konseling pasien berbahasa Inggris
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) per Juli 2023, terjadi 65 kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan tinggi. Hal ini tentunya patut menjadi perhatian bagi setiap pihak, terutama institusi pendidikan.
"Kekerasan seksual merupakan masalah yang sering terjadi di perguruan tinggi berbagai negara, termasuk Indonesia. Kekerasan seksual di perguruan tinggi bisa mencakup berbagai perilaku, seperti pelecehan seksual, pemaksaan hubungan seksual, pelecehan verbal, dan tindakan-tindakan lain melibatkan unsur seksual yang tidak diinginkan," kata dia dalam keterangannya.
Hendra Thamrindinata selaku Associate Provost for Faith and Learning Integration UPH mengatakan gerakan yang dilakukan oleh para mahasiswa UPH ini sangat penting untuk mencegah kekerasan seksual di kampus.
"Rektorat mendukung 100 persen kampanye yang dimulai dari kalangan mahasiswa ini. Gerakan tidak harus selalu dari atas, tetapi juga bisa dari bawah supaya semakin meningkatkan kepedulian dari mahasiswa itu sendiri," katanya.
Baca juga: Prodi desain interior UPH gandeng industri ciptakan ekosistem pendidikan
Angela Rosari Lowell Saputan selaku Ambassadors of UPH mengemukakan deklarasi tersebut menjadi bukti UPH adalah kampus anti kekerasan seksual.
Selain itu, pihaknya juga turut aktif berdiskusi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dalam pembuatan modul serta membahas mengenai isu-isu kekerasan seksual di kampus.
"Dengan adanya kegiatan ini, seluruh mahasiswa UPH memiliki kesadaran bahwa kekerasan seksual adalah hal yang salah dan perlu ditolak," kata Angela yang merupakan Mahasiswi Prodi Teknik Sipil angkatan 2022
Baca juga: Prof Irawati sebut Bioremediasi ramah lingkungan tangani limbah tembaga
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024