Lebak (Antara News) - Sejumlah petani Badui di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mulai "ngasek" atau menanam padi huma dengan menggunakan tongkat kayu melubangi tanah untuk ditanami butiran padi huma.

"Kami sudah mulai "ngasek", diperkirakan tiga hari selesai dari tanam padi huma seluas dua hektare di Blok Cicuraheum, Kecamatan Gunungkencana," kata Santa (45) seorang petani Badui di Lebak, Selasa.

Penanaman padi huma yang dilakukan petani Badui sejak turun temurun menggunakan lahan darat.

Sebab, petani Badui dilarang adat jika menanam padi di lahan persawahan.

Masyarakat Badui hingga kini mempertahankan produksi pangan di lahan darat atau ladang.

Mereka menanam padi huma di ladang itu setelah membuka hutan dan limbah sampahnya berupa ilalang dibakar untuk dijadikan pupuk organik.

"Kami menanam padi itu mengikuti kalender adat bahwa pada bulan Oktober sampai Desember curah hujan meningkat," katanya.

Menurut Santa, dirinya melakukan "ngasek" tanam padi huma bersama isteri dengan lahan seluas dua hektare.

Gerakan penanaman padi huma dilakukan secara serentak untuk menghindari serangan hama juga didasarkan penghitungan adat.

Bercocoktanam padi huma itu menggunakan benih lokal karena usia panenan bisa mencapai enam bulan.

Karena itu, jika tanam bulan ini maka panenan padi sekitar April 2018.

"Jika tanaman padi huma itu tumbuh subur maka bisa menghasilkan panen gabah sekitar 30 sampai 50 karung dan mencukupi ketahanan pangan selama setahun kedepan," katanya.

Menurut dia, masyarakat Badui hingga kini belum mengalami kerawanan pangan karena hasil panen padi huma itu tidak dijual ke pasar.

Seluruh hasil panen nantinya disimpan di "leuit" atau rumah pangan untuk persediaan pangan sehari-hari.

Karena itu, dirinya hingga kini tidak kesulitan pangan untuk kebutuhan konsumsi keluarga.

"Kami berharap tanam padi huma itu bisa menghasilkan panen yang bagus tanpa serangan hama maupun penyakit tanaman," katanya.

Begitu pula, Tinggal (50), seorang petani Badui mengaku dirinya dan isteri "ngasek" tanam padi huma secara serentak sesuai ketentuan penghitungan adat.

Sebab penanaman serentak itu nanti musim panen secara bersamaan.

Saat ini, dirinya bercocoktanam padi huma di hutan seluas 1,5 hektare di lahan Perum Perhutani.

Penanaman padi di lahan milik Perum Perhutani dengan pola bagi hasil setelah panen nanti.

Mereka petani Badui menanam padi huma itu dengan sistem tanam tumpang sari dengan tanaman jagung, tebu telur, singkong, pisang, cabai, terung, jahe dan sebagainya.

"Kami berharap produksi padi huma pada musim panen mendatang tidak menyusut dan berkurang," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengaku bahwa dirinya hingga kini belum menyentuh teknologi pertanian kepada petani Badui.

Petani Badui masih menggunakan cara-cara pertanian tradisional karena mereka menolak menggunakan sarana dan prasarana pertanian, seperti traktor tangan.

Selain itu juga mereka petani Badui menolak menerima bantuan benih padi varietas unggul juga pupuk maupun pestisida.

Namun demikian, pemerintah merasa terbantu dengan adanya tanam padi huma di lahan darat yang dilakukan petani Badui dapat menyumbangkan produksi pangan.

"Kami tetap melestarikan petani masyarakat Badui dengan tanam padi huma di lahan darat itu," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017