Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon mendatangkan tim pelayanan laboratorium terpadu untuk memasang alat pengukur udara di lingkungan Taman Cilegon Indah (TCI), Kelurahan Sukmajaya, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, Banten, yang diduga terpapar polusi industri sekitar.
Hal itu menindaklanjuti laporan warga yang mengeluhkan debu, asap dan bau menyengat yang diduga berasal dari stockpile batu bara.
Kabid Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon,Thorfatul Uyun di Cilegon, Rabu menjelaskan pemasangan alat ukur udara yang didatangkan DLH Kota Cilegon dilakukan untuk mengetahui ambang batas tingkat pencemaran udara di lokasi.
"Ya jadi hari ini kami menurunkan tim dari SysLabIntegrated pusat pelayanan laboratorium terpadu untuk memasang pengukur udara di lokasi menindaklanjuti adanya keluhan warga yang mengeluhkan debu, asap dan bau yang diduga dari stockpile batu bara. Kita pasang di dua titik selama 2x24 jam untuk mengetahui tingkat kualitas udara di lokasi," katanya.
Baca juga: 17.382 orang terkena ISPA, Dinkes Cilegon imbau warga pakai masker
Menurut dia, DLH Kota Cilegon hanya bisa melakukan upaya tersebut, karena stockpile batu bara di sekitar permukiman warga berada di wilayah Kabupaten Serang sehingga pihaknya hanya melakukan koordinasi untuk penanganannya.
"Kami ini kan tidak bisa melakukan apa-apa ke lokasi yang diduga menjadi sumber, karena itu ada di wilayah Kabupaten Serang. Jadi kami hanya sebatas koordinasi dengan DLH wilayah setempat, makanya kami lakukan pengecekan kualitas udara supaya kalau ada temuan bisa ditindaklanjuti oleh DLH Kabupaten Serang, karena bagaimana pun warga kami yang terdampak," kata Uyun menambahkan.
Ketua RT 5 Rahmat Sri Hari Mulyanto mengatakan warga yang terdampak di wilayahnya kurang lebih 50 KK. Mereka mengaku kerap merasakan bau mirip belerang yang mengakibatkan batuk pilek dan mual akibat menghirup udara yang diduga tercemar.
"Iya sebenarnya sudah lama, ada setahun mah. Tapi baru kerasa nya tiga bulan ini. Warga banyak yang ngeluh karena efeknya batuk, pilek, pusing dan mual," kata Rahmat.
Baca juga: Politisi diimbau tidak jadikan PLTU "kambing hitam" polusi
Baca juga: PLTU 9 dan 10 Suralaya diklaim ramah lingkungan
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
Hal itu menindaklanjuti laporan warga yang mengeluhkan debu, asap dan bau menyengat yang diduga berasal dari stockpile batu bara.
Kabid Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon,Thorfatul Uyun di Cilegon, Rabu menjelaskan pemasangan alat ukur udara yang didatangkan DLH Kota Cilegon dilakukan untuk mengetahui ambang batas tingkat pencemaran udara di lokasi.
"Ya jadi hari ini kami menurunkan tim dari SysLabIntegrated pusat pelayanan laboratorium terpadu untuk memasang pengukur udara di lokasi menindaklanjuti adanya keluhan warga yang mengeluhkan debu, asap dan bau yang diduga dari stockpile batu bara. Kita pasang di dua titik selama 2x24 jam untuk mengetahui tingkat kualitas udara di lokasi," katanya.
Baca juga: 17.382 orang terkena ISPA, Dinkes Cilegon imbau warga pakai masker
Menurut dia, DLH Kota Cilegon hanya bisa melakukan upaya tersebut, karena stockpile batu bara di sekitar permukiman warga berada di wilayah Kabupaten Serang sehingga pihaknya hanya melakukan koordinasi untuk penanganannya.
"Kami ini kan tidak bisa melakukan apa-apa ke lokasi yang diduga menjadi sumber, karena itu ada di wilayah Kabupaten Serang. Jadi kami hanya sebatas koordinasi dengan DLH wilayah setempat, makanya kami lakukan pengecekan kualitas udara supaya kalau ada temuan bisa ditindaklanjuti oleh DLH Kabupaten Serang, karena bagaimana pun warga kami yang terdampak," kata Uyun menambahkan.
Ketua RT 5 Rahmat Sri Hari Mulyanto mengatakan warga yang terdampak di wilayahnya kurang lebih 50 KK. Mereka mengaku kerap merasakan bau mirip belerang yang mengakibatkan batuk pilek dan mual akibat menghirup udara yang diduga tercemar.
"Iya sebenarnya sudah lama, ada setahun mah. Tapi baru kerasa nya tiga bulan ini. Warga banyak yang ngeluh karena efeknya batuk, pilek, pusing dan mual," kata Rahmat.
Baca juga: Politisi diimbau tidak jadikan PLTU "kambing hitam" polusi
Baca juga: PLTU 9 dan 10 Suralaya diklaim ramah lingkungan
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023