Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia tingkat Provinsi Banten dr. Didik Wijayanto menuturkan angka kasus tuberkulosis (TBC) pada anak masih banyak ditemukan di Indonesia, yang berawal dari lingkungan sekitar.

"Jika demam dengan batuk dan pilek itu kan termasuk influenza, lalu demam disertai muntah dan mencret itu kan rotavirus. Nah, jika demam yang sudah diberikan obat penurun panas sembuh, lalu tiga hari kemudian masih demam berkelanjutan, itu bisa menjadi gejala awal," kata dr. Didik dalam acara pencegahan serta edukasi terkait tuberkulosis (TBC) yang dilakukan RS Sari Asih Karawaci bersama Dinkes Kota Tangerang secara daring, Jumat.

Ia mengatakan gejala yang ditemukan seperti demam yang tidak jelas terus menerus, penurunan berat badan secara drastis, dan virusnya bisa tertular dari orang-orang terdekat yang berkontak langsung dengan anak.

Penanganan Dinkes Kota Tangerang terkait TBC pada anak, lanjutnya, adalah dengan pemeriksaan skrining, Test Cepat Molekuler (TCM), serta X-ray di Puskesmas.

"Penanganannya juga sudah bagus di fasilitas kesehatan tingkat pertama atau puskesmas, apalagi untuk diagnosanya mereka sudah punya Test Cepat Molekuler (TCM), jadi rumah sakit tindak lanjut dalam pengobatannya. Karena pengobatan TBC ini harus konsisten," ujarnya.

Ia berharap adanya edukasi TBC pada anak ini, orang tua lebih peduli dan tidak malu jika anak terkena TBC. "Karena saat ini, TBC bisa diobati secara gratis lewat memanfaatkan program yang telah disediakan Dinkes Kota Tangerang," katanya.

 

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023