Omzet perajin keray di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten naik hingga mencapai Rp50 juta dari sebelumnya Rp25 juta per bulan, karena permintaan pasar cenderung meningkat. 
 
"Naiknya omzet pendapatan itu karena memasuki musim hujan,"kata Hilman, seorang perajin keray di Desa Rangkasbitung Timur Kabupaten Lebak, Selasa. 

Baca juga: Pemkab Lebak konservasi lahan kritis melalui gerakan tanam
 
Permintaan produksi keray cenderung meningkat menyusul musim hujan sejak November 2022 sampai Januari 2023.
 
Biasanya, kata dia, dirinya memasok keray ke Bogor sebanyak 500 unit, namun kini bisa mencapai 1000 unit/ bulan dengan harga Rp50 ribu/unit.
 
"Kami merasa kewalahan naik permintaan itu, setia terpaksa menampung dari perajin lainnya," katanya menjelaskan. 
 
Menurut dia, perajin keray merupakan industri rumahan dengan memanfaatkan limbah pelapaah kelapa sawit di Perkebunan VIII Cisalak Rangkasbitung.
 
Pelapah kelapa sawit itu diproduksi keray atau tirai dan bisa menghasilkan pendapatan ekonomi dan menyerap lapangan pekerjaan bagi masyarakat. 
 
"Kami menghasilkan omzet pendapatan Rp50 juta bisa meraup keuntungan sekitar 10 persen atau Rp5 juta/bulan,"kata Hilman. 
 
Toto (55), Ketua Paguyuban Perajin Keray Kabupaten Lebak mengatakan dirinya merintis produksi keray sawit tersebut telah dimulai sejak 15 tahun lalu.
 
Dimana masyarakat yang tinggal di pemukima perkebunan kelapa sawit tidak memanfaatkan limbah perkebunan tersebut. 
 
Karena itu, dirinya membina masyarakat setempat agar mengembangkan usaha kerajinan keray di sejumlah kecamatan di Rangkasbitung, Cileles dan Cimarga, karema terdapat bahan baku dari pelapah kelapa sawit. 
 
Namun, saat ini usaha kerajinan rumah tersebut tumbuh dan berkembang, sehingga menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik dan sejahtera. 
 
Apalagi, musim hujan permintaannya keray meningkat tajam untuk digunakan melindungi rumah dari terpaan cuaca hujan. 
 
"Semua produk kerajinan dipasok ke Bogor, Bekasi, Depok, Tangerang, Cilegon dan Serang," katanya menjelaskan. 
 
Ia mengatakan, perajin keray sawit yang tergabung dalam paguyuban itu sekitar 350 perajin dan tersebar di Kecamatan Rangkasbitung, 
Cileles dan Cimarga.
 
Saat ini, banyak penampung dan pembuat kerey sehingga perputaran uang di wilayah tersebut hingga mencapai miliaran rupiah per pekan. 
 
"Kami sendiri saat ini memasok kerey sawit sebanyak 2000 lembar dan dijual ke agen Rp50 ribu/lembar sehingga pendapatan mencapai Rp100 juta/bulan,"katanya menjelaskan.
 
Salah seorang perajin kerey asal Cihiyang, Lebak, Anda (50) mengatakan saat ini tingkat ekonomi keluarganya cenderung membaik dibanding ketika ia menjadi pengemudi ojek motor.
 
Saat ini, para perajin di wilayahnya merasa kewalahan untuk melayani permintaan pasar, terlebih curah hujan masih meningkat di banyak daerah.
 
"Kami sangat dengan memproduksi kerajinan kerey sawit, sehingga bisa meraup keuntungan perekonomian keluarga sekitar Rp5-7 juta/bulan," katanya menjelaskan.
 
Sementara itu Kepala Seksi Aneka Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Sutisna menyebut bahwa berkembangnya usaha tirai sawit di Kabupaten Lebak merupakan bagian rintisan pengembangan ekonomi lokal dengan melakukan pembinaan dan pelatihan ketrampilan.
 
Dasar pembinaan itu berangkat dari melimpahnya ketersediaan bahan dari aktivitas perkebunan PTPN VIII di Kecamatan Rangkasbitung, Cimarga, Leuwidamar dan Cileles.
 
"Kami berharap para perajin dapat meningkatkan mutu dan kualitas sehingga bisa diekspor ke luar negeri," katanya.

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023