Padepokan pencak silat di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, menyatakan budaya seni bela diri pencak silat masih lestari, bahkan banyak padepokan yang menghasilkan uang melalui pertunjukan seni bela diri itu untuk menghibur masyarakat.
"Kita sekarang ini hanya tiga hari dalam satu pekan libur, karena banyak tampil di tempat-tempat hajatan seperti perkawinan dan khitanan," kata Janali (60), Ketua Padepokan Pencak Silat Kusuma Sari Saketi Kabupaten Pandeglang, Minggu.
Padepokan pencak silat milik Janali kini kewalahan melayani permintaan masyarakat untuk menghibur pada pesta perkawinan dan sunatan.
Baca juga: BPS Pandeglang gelar evaluasi akhir Long Form SP 2020
Baca juga: BPS Pandeglang gelar evaluasi akhir Long Form SP 2020
Namun, dirinya yang memiliki sekitar 30 anggota itu dibatasi hanya tiga hari selama sepekan libur, karena untuk menjaga stabilitas kesehatan.
Sebab, katanya, permainan seni pencak silat itu menguras tenaga banyak hingga delapan jam sekali permainan.
Tarif hiburan seni pencak silat bervariasi tergantung jarak untuk wilayah Kabupaten Pandeglang, antara Rp3 juta sampai Rp5 juta.
Untuk wilayah Tangerang, Jakarta, Bandung berkisar antara Rp7 juta sampai Rp10 juta.
Janali mengaku pernah pentas di Provinsi Bali dan NTB dengan tarif satu orang dibayar Rp1 juta dengan total Rp30 juta.
Dalam permainan pencak silat itu, Padepokan Pencak Silat Kusuma Sari Saketi menampilkan berbagai jurus yang dikembangkan oleh Persatuan Pencak Silat Indonesia ( PPSI), Persatuan Pendekar Persilatan Seni dan Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI), serta Kesenian Tradisional (Kesti) Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH).
"Kami mempermainkan juga seni bela diri debus khas Banten dengan memperagakan kekebalan tubuh dengan menggunakan senjata tajam, tetapi kebal dari bacokan senjata tajam itu maupun siraman air keras," katanya.
Hal senada disampaikan Roni (50), Ketua Padepokan Pencak Silat Kusuma Jaya Desa Kadu Royok Cisata Kabupaten Pandeglang. Dia berupaya melestarikan seni bela diri pencak silat ini sebagai penerus orangtua dan buyutnya, yang diwarisi sejak zaman kolonial Belanda.
Roni mengatakan buyutnya dulu memiliki keterampilan ilmu bela diri pencak silat untuk melawan penjajah Belanda. "Banyak tentara Belanda yang tewas ketika melawan para pendekar Banten," katanya.
Namun, lanjut roni, saat ini perkembangan seni bela diri pencak silat sudah menjadi hiburan masyarakat yang menghasilkan pendapatan ekonomi.
Saat pementasan, permainan seni pencak silat selalu didukung dengan irama kendang, gong dan terompet yang mengiringi para pesilat dalam memperagakan jurus silat.
"Kami selama sepekan bisa menghasilkan Rp20 juta dengan lima kali pentas sehingga bisa membantu ekonomi sebanyak 20 anggotanya," katanya.
Sementara itu, Samsudin (50), warga Pulosari Pandeglang mengatakan dirinya pernah mengundang seni pencak silat untuk merayakan pesta pernikahan anaknya.
Selama ini, katanya, hiburan pencak silat dinilai lebih aman ketimbang mengundang hiburan musik dangdut.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022