Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten berkolaborasi dengan instansi terkait untuk menangani anak bawah lima tahun (balita) yang berstatus gizi buruk.
 
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak dr Nurul Isneini di Lebak, Jumat mengatakan pihaknya berkolaborasi untuk penanganan kasus gizi buruk dengan melibatkan instansi lain, seperti pembangunan infrastruktur rumah, sanitasi air bersih dan jamban dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ( DPUPR).

Baca juga: Pemkab Lebak optimalkan upaya penurunan kasus stunting

Untuk ketahanan pangan juga melibatkan Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan dan Dinas Peternakan.
 
Sedangkan, untuk mewujudkan keluarga sejahtera melibatkan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak serta Kependudukan dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) setempat.
 
"Kami dengan berkolaborasi itu kini kasus gizi buruk berdasarkan hasil penimbangan pada Juni 2022 tercatat sebanyak 480 balita atau 0,47 persen dari 101.263 balita. Angka itu menurun dari angka sebelumnya, " katanya menjelaskan.
 
Menurut dia, penyebab balita gizi buruk itu, karena berbagai faktor antara lain mengkonsumsi makanan bergizi dan ketersediaan pangan kurang juga pola asuh anak yang salah.
 
Disamping itu juga lingkungan kurang bersih dan sehat, seperti buang air besar (BAB) sembarangan juga kegiatan mandi, cuci dan kakus di aliran sungai.
 
Faktor lainnya, kata dia, himpitan ekonomi dan juga rendahnya tingkat pendidikan masyarakat serta memiliki penyakit bawaan seperti jantung, TB, paru-paru dan lain-lainnya.
 
Oleh karena itu, penanggulangan penderita gizi buruk melibatkan berbagai instansi terkait, termasuk pengusaha dan masyarakat.
 
"Kita meyakini penanganan gizi buruk tidak hanya dengan Dinas Kesehatan saja,tetapi semua instansi bersama - sama bergerak agar daya beli masyarakat meningkat, sehingga terpenuhi asupan gizi anak," katanya.
 
Untuk menangani kasus gizi buruk, kata dia, Pemerintah Provinsi Banten telah menyalurkan bantuan makanan pendamping asi ke puskesmas- puskesmas guna meningkatkan status gizi balita.
 
Penyaluran makanan pendamping asi itu berupa biskuit, karena memiliki kandungan gizi yang tinggi.
 
Selain itu juga petugas puskesmas memberikan penyuluhan dan edukasi kepada keluarga yang masuk rawan gizi buruk agar dapat memperhatikan pertumbuhan anaknya.
 
"Kami berharap penanganan gizi buruk itu ke depan dapat mempersiapkan masa depan bangsa yang berkualitas dan memiliki sumber daya manusia ( SDM),"katanya.
 
Sementara itu, Koordinator Relawan Sahabat Indonesia Muhammad Arif Kirdiat menyatakan bahwa dirinya merujuk Bohani (7), warga Badui yang menderita gizi buruk dengan berat badan 11 kilogram dan mengidap penyakit penyerta TB ke RSUD Banten.
 
Kemungkinan besar lingkungan anak itu kurang sehat dan bersih,terutama tempat tinggal mereka, sehingga mereka mudah terserang penyakit.

Kondisi tubuh Bohani yang dirujuk ke RSUD Banten akibat terserang tifus dan mengalami demam tinggi.

"Kami terpaksa merujuk ke RSUD Banten untuk mendapatkan perawatan medis agar mereka kembali pulih dan sehat, " katanya.

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022