Masyarakat komunitas Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten masih menjalankan kebiasaan ibadah puasa kawalu yang jatuh tanggal 17 bulan Katilu atau disebut Kawalu Tutug.  
 
"Kita wajib melaksanakan puasa kawalu, " kata tokoh adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija di Lebak, " Rabu. 

Baca juga: Puskesmas Cisimeut maksimalkan vaksinasi warga Badui dengan jemput bola
 
Pelaksanaan puasa kawalu bagi masyarakat Badui merupakan kewajiban mulai puasa hari pertama tanggal 17 bulan Kasa atau disebut Kawalu Tembey yakni Kawalu pertama.
 
Begitu juga puasa kawalu, kedua yang dilakukan tanggal 18 bulan Karo atau disebut Kawalu Tengah.
 
Warga Badui melaksanakan puasa kawalu itu, seperti pada umumnya menjalankan puasa dengan tidak makan dan minum.  
 
Masyarakat Badui menjalankan ibadah puasa Kawalu dimulai pukul 17.00 WIB dan kembali berakhir pukul 17.00 WIB keesokan harinya.
 
Karena itu, dirinya mengajak seluruh masyarakat Badui yang sudah akil balig agar melakukan ibadah puasa Kawalu.   
 
"'Kami berharap masyarakat Badui dapat mematuhi puasa Kawalu itu, " katanya menjelaskan.
 
Jaro Saija mengatakan masyarakat Badui melaksanakan puasa Kawalu tiga bulan berturut-turut, namun cukup hanya satu hari dalam setiap bulannya menjalankan ibadah puasa tersebut.    
 
Masyarakat Badui sebelum melaksanakan puasa Kawalu ketiga itu, terlebih dahulu melakukan bersih-bersih secara bergotong royong.  
 
Kegiatan bersih-bersih ini, dilaksanakan di masing-masing kampung sebagai pertanda kawalu berakhir.
 
Masyarakat Badui setelah melaksanakan Kawalu akan turun gunung dengan menggelar Seba Badui dengan mendatangi Bupati Lebak dan Gubernur Banten untuk bersilaturahmi.  
 
"Kami memperkirakan melaksanakan Seba ke 'Ibu Gede' Bupati Iti Octavia dan 'Bapak Gede' Gubernur Wahidin Halim pada Mei mendatang, " kata Saija.
 
Sementara itu, masyarakat Badui di Kampung Kadu Ketug melaksanakan gotong royong dengan memperbaiki jalan dan tempat cuci dan mandi ( tampihan) untuk menyambut puasa kawalu ketilu atau ketiga. 
 
Masyarakat Badui Dalam dengan fokus dan konsentrasi selama Kawalu sebagai wujud ungkapkan rasa syukur dengan berdoa dan menjalankan ibadah puasa secara khusuk.   
 
Selama tiga bulan Kawalu, masyarakat fokus untuk ketenangan dan ketentraman sehingga wisatawan tidak diizinkan berkunjung.   
 
Selama masa itu, masyarakat Badui Dalam juga dilarang menggelar perkawinan dan sunatan anak yang bisa menimbulkan keramaian.  
 
"Kami setelah puasa kawalu ketiga maka kembali kawasan Badui dibuka untuk wisatawan, " kata Asep, seorang warga Badui Luar di Kabupaten Lebak. 
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022