Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Provinsi Banten meminta masyarakat yang tinggal di pesisir pantai di daerah itu tetap mewaspadai potensi tsunami.

"Kita potensi tsunami memang ada, tetapi tidak bisa diprediksi kapan tsunami akan terjadi," kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Banten Nana Suryana dalam rilisnya yang diterima di Lebak, Kamis.

Baca juga: Disperindag Lebak pasarkan produk UMKM secara daring

Potensi tsunami terburuk yang diprediksi BMKG akan terjadi di Cilegon setinggi delapan. Potensi serupa juga di pesisir pantai Banten, antara lain kawasan Anyer, Carita, Labuhan, Panimbang, Sumur, Binuangeun, Cihara, Panggarangan, Bayah, dan Sawarna.

Terkait dengan kondisi itu, BPBD Banten sudah menginformasikan kepada perwakilan masyarakat di masing-masing kecamatan dalam rangka mitigasi bencana.

Namun demikian, katanya, potensi tsunami itu belum bisa diprediksi kapan waktu dan tanggal terjadinya.

"Kita perlu kesiapsiagaan dalam menyikapi potensi bencana tsunami untuk mengurangi risiko kebencanaan, " katanya.

Ia juga meminta warga tidak panik terkait dengan potensi tsunami di pesisir Banten itu.

BPBD Banten hingga saat ini terus berkoordinasi dengan BMKG. Beberapa alat deteksi dini (early warning system) milik BMKG ada yang ditempatkan di BPBD Banten.

Anggota DPRD Lebak Musa Weliansyah menyatakan mendesak pemerintah pusat segera membangun selter di lokasi rawan tsunami guna mengurangi risiko kebencanaan.

Jika anggaran pembangunan infrastruktur itu dibebankan kepada pemerintah daerah, katanya, pemda setempat tidak mampu merealisasikannya.

Ia mengatakan pesisir selatan Lebak masuk kategori rawan tsunami sehingga harus terpenuhi sarana dan prasarana penanggulangan bencana agar tidak menimbulkan korban.

"Kami berharap pemerintah pusat dapat membangun gedung selter setinggi empat sampai enam tingkat untuk menampung ribuan warga pesisir selatan dari ancaman tsunami," kata Musa Weliansyah.

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021