Tasikmalaya (Antara News) - Petani asal Desa Sukaratu Tasikmalaya Jawa Barat berhasil memanen tomat dengan jumlah yang berlimpah setelah menggunakan benih hibrida Betavila F1 dan Tymoti F1.
"Untuk benih tomat Betavila biaya yang dikeluarkan petani hanya 4 persen dari total biaya produksi, sementara benih Tymoti hanya 5 persen. Buah yang dihasilkan dalam satu pohon bisa mencapai 9 buah dengan ukuran yang besar, kalau benih yang lain paling banyak 5 buah," kata Asep Anwar (28) petani tomat di desa Sukaratu Tasikmalaya Jawa Barat, Kamis.
Asep sudah menggunakan benih tomat hibrida tersebut sejak 3 tahun lalu. Selain tomat, Asep dan petani sayuran di kelompoknya juga aktif menanam benih sayuran hibrida yang diproduksi PT East West Seed Indonesia (Cap Panah Merah) seperti cabai Pelita F1, caisim Nauli F1, dan kacang panjang Perkasa.
Penggunaan benih tomat hibrida tersebut menurut Asep karena permintaan pasar yang mayoritas lebih memilih buah tomat yang lebih besar dan berwarna merah segar.
Selain itu, demikian Asep, benih hibrida tersebut juga tahan terhadap serangan virus Gemini dan penyakit-penyakit lainnya dibandingkan dengan benih tomat lain. Penyakit lainnya yang sering terjadi di antaranya pembusukan dibagian batang pohon, pangkal buah berwarna kehitaman, daun berwarna kecokelatan dan lain-lain.
Apalagi, ketersediaan benihnya saat ini sangat mudah didapat, karena sudah banyak yang menjual dan banyak permintaan dari para petani, jelas Asep.
Asep mengatakan, bertani tomat mudah dan menguntungkan sepanjang rajin memberikan pengobatan dan perawatan secara rutin.
Untuk perawatan masa tanam tomatnya selama 2 bulan dan harus dijaga setiap harinya karena sebelum masa panen harus dipupuk dan disemprot untuk menjaga tanaman tomat tetap segar.
Perawatan seperti ini cukup mudah menurut Asep. Dalam satu tahun ia bisa memetik tomat sebanyak 12-13 kali, satu pohonnya bisa menghasilkan 4 kilogram buah tomat.
Untuk menanami lahan seluas 2 hektar persegi, Asep membutuhkan sekitar 1,5 sampai dengan 2 kg benih. Buah pertama sudah bisa dipungut setelah tanaman berumur 60-70 hari tanam.
Apabila buah dipungut terlambat, terlalu matang atau tua maka banyak buah yang jatuh dan mudah rusak selama dalam pengangkutan.
Asep menjelaskan, hasil dari budidaya tomat miliknya dapat mencapai 30-40 ton buah tomat per hektar atau dua kali lebih banyak bila dibandingkan petani lain yang menggunakan benih tomat biasa yang menghasilkan 10-20 ton/hektar.
Menurut Asep, dengan biaya produksinya Rp10 juta per hektar akan
diperoleh keuntungan berkisar antara Rp30 juta.
Perhitungannya, jelas Asep, dalam 1 hektar akan diperoleh 30-40 ton tomat dengan harga rata-rata antara Rp1.000 - Rp1.500/kg. Hasil penjualan setelah dikurangi biaya produksi sebesar Rp10 juta maka akan diperoleh keuntungan Rp20 juta.
Adapun besar-kecilnya keuntungan tersebut sangat tergantung dari harga tomat di pasaran. Saat ini harga tomat menurut Asep sedang anjlok di pasar per kg. hanya Rp500,- padahal sebelumnya harga jual tomat bisa mencapai Rp4.000/kg di tingkat petani.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2013