Ketua Umum PB Al-Khairiyah H. Ali Mujahidin menyatakan organisasi yang dipimpinnya akan terbuka bagi siapa saja yang ingin berbuat kebaikan, tinggal bagaimana skema yang akan dibangun mengingat nama Al-Khairiyah itu sendiri bermakna kebaikan. 

"Al-Khairiyah tidak perlu lagi berdebat soal UUD 45, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Pancasila, karena pendiri Al-Khairiyah adalah Ulama dan pejuang militer serta pahlawan nasional satu satunya di Indonesia yang telah membuktikan pengorbanan jiwa dan raganya hingga mati syahid di medan perang dalam membela Tanah Air dan NKRI," kata H Ali Mujahidin di Cilegon Banten, Ahad.

Ketua Umum PB Al-Khairiyah mengemukakan keterangan tersebut dalam perbincangan dengan wartawan terkait strategi Al-Khairiyah ke depan pasca Muktamar Al-Khairiyah ke-10 yang secara aklamasi memilih kembali H Ali Mujahidin untuk memimpin Al-Khairiyah beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut H Ali Mujahidin mengungkapkan Al-Khairiyah juga menutup diri dari fanatisme madzhab dan terbuka akan perbedaan pandangan dalam keagamaan.

"Al Khairiyah tidak perlu lagi gaduh mempersoalkan tahlil tidak tahlil, boleh ziarah atau tidak boleh ziarah, atau jenggot tidak jenggot dan celana cingkrang atau tidak cingkrang. Di Al-Khairiyah yang mau pakai jubahan boleh, yang mau pakai celana panjang atau levis boleh yang penting menyesuaikan diri secara etika dan akhlaq," ujarnya.

Menurutnya, diskriminasi pendapat atau pandangan dan debat soal- soal yang tidak produktif hanya akan membuang energy, termasuk perdebatan soal Islam Nusantara dan Islam Arab serta Islam Moderen tidak menarik. 

"Karena yang menarik bagi Al- Khairiyah yaitu terus berbuat kebaikan yang dapat memberikan manfaat bagi umat," kata H Mumu sapaan akrab H Ali Mujahidin.





 

Pewarta: Lukman Hakim

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021