Pandeglang (ANTARABanten) - Sejumlah nelayan pesisir Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, terlilit utang rentenir selama menganggur akibat cuaca buruk yang melanda perairan Selat Sunda bagian selatan.


"Kami selama ini hidup menggantungkan kepada rentenir-rentenir dan membayarkan jika cuaca kembali normal," kata Duki (50), seorang nelayan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Teluk II Labuan Kabupaten Pandeglang, Rabu.

Ia mengatakan, sebagian besar nelayan di sini terjerat utang rentenir karena sangat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Mereka para rentenir itu dengan pengembalian bunga bulanan hingga 10 persen dari pinjaman total.

Selama berprofesi nelayan, kata dia, ia belum pernah mendapatkan pinjaman dari bank untuk biaya operasional melaut.

Oleh karena itu, kata dia, satu-satunya akses mendapat pinjaman modal yakni para rentenir itu.

"Kalau pinjaman ke rentenir begitu mudah dan tidak menggunakan agunan," katanya.

Herman (45), seorang nelayan di TPI Panimbang, Kabupaten Pandeglang, mengaku dirinya terpaksa mengutang ke rentenir untuk keperluan sehari-hari.

Mereka para rentenir beroperasi, seperti bank keliling dengan menawarkan pinjaman mulai Rp500 ribu sampai Rp10 juta.

Adapun, kata dia, pengembalian pinjaman itu dikenakan bunga dua kali lipat dari total pinjaman.

"Kalau kami pinjam uang sebesar Rp2,5 juta tentu kami harus mengembalikan Rp5 juta dengan tempo lima bulan," katanya.

Menurut dia, nelayan di sini sudah hal biasa dengan rentenir karena cara memperolehnya sangat mudah dibandingkan pinjaman ke bank.

Selain itu juga rentenir sangat membantu nelayan ketika masa paceklik akibat cuaca buruk.

Pinjaman rentenir hanya bermodalkan kepercayaan saja dan tidak memerlukan jaminan.

"Kami dua hari lalu terpaksa pinjam uang ke rentenir sebesar Rp3 juta untuk menutupi biaya sehari-sehari selama tidak melaut," katanya.

Begitu pula, Madopi (45) nelayan TPI Carita Kabupaten Pandeglang mengaku dirinya berharap pemerintah memberikan pinjaman modal untuk biaya produksi melaut juga menutupi ekonomi keluarga.

Saat ini, kata dia, nelayan di sini terjerat utang rentenir dengan bunga dua kali lipat karena kesulitan untuk mendapatkan permodalan.

"Kami selama tidak melaut terpaksa mengutang ke rentenir karena khawatir anak dan istri kelaparan," ujarnya.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2012