Pandeglang (ANTARABanten) - Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mathlaul Anwar Mahyupi mengatakan, anak muda Banten masih malu menggunakan bahasa daerah sendiri.
"Memang memprihatinkan, anak-anak muda kita malu menggunakan bahasa sendiri, terutama ketika berada di luar daerah," katanya pada acara diskusi budaya dan bahasa sunda Banten di Pandeglang, Kamis.
Generasi muda Banten, kata dia, lebih senang menggunakan bahasa Betawi atau Melayu, padahal Banten sendiri memiliki bahasa asli, yakni bahasa sunda, yang sudah digunakan sejak zaman dahulu.
Ia mengaku, khawatir jika bahasa sunda Banten tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari, ke depan akan musnah, dan generasi selanjutnya tidak lagi mengenalnya.
Apalagi, kata dia, selama ini yang dipelajari siswa di sekolah hanya bahasa sunda Priangan, yang memiliki perbedaan dengan bahasa sunda Banten.
Praktisi bahasa Machsus Thamrin, juga mengharapkan agar generasi muda Banten tidak malu menggunakan bahasanya sendiri, karena peninggalan dari para nenek moyang yang harus dilestarikan.
Terkait dengan penilaian bahasa sunda Banten merupakan bahasa kasar dibandingkan bahasa sunda Priangan, menurut dia, jangan menggunakan "kacamata" orang lain untuk melakukan penilaian.
"Kita jangan menggunakan 'kacamata' orang lain untuk menilai bahasa sunda Banten kasar atau tidak. Bagi orang lain mungkin kasar, tapi kalau sesama kita orang Banten, kan biasa saja," katanya.
Menurut dia, dalam bahasa inggris pun, terjadi perbedaan antara yang digunakan di Negara Inggris dan Amerika Serikat. Bahasa inggris yang digunakan orang Amerika dinilai kasar, tapi mereka tidak mempedulikannya, dan tetap menggunakan untuk percakapan sehari-hari.
"Kalau orang Amerika saja bisa 'cuek' dengan penilaian orang lain, mengapa kita orang Banten tidak bisa seperti itu. Biarkan saja orang mau bilang apa, kita gunakan saja, dan harus bangga dengan bahasa sendiri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011
"Memang memprihatinkan, anak-anak muda kita malu menggunakan bahasa sendiri, terutama ketika berada di luar daerah," katanya pada acara diskusi budaya dan bahasa sunda Banten di Pandeglang, Kamis.
Generasi muda Banten, kata dia, lebih senang menggunakan bahasa Betawi atau Melayu, padahal Banten sendiri memiliki bahasa asli, yakni bahasa sunda, yang sudah digunakan sejak zaman dahulu.
Ia mengaku, khawatir jika bahasa sunda Banten tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari, ke depan akan musnah, dan generasi selanjutnya tidak lagi mengenalnya.
Apalagi, kata dia, selama ini yang dipelajari siswa di sekolah hanya bahasa sunda Priangan, yang memiliki perbedaan dengan bahasa sunda Banten.
Praktisi bahasa Machsus Thamrin, juga mengharapkan agar generasi muda Banten tidak malu menggunakan bahasanya sendiri, karena peninggalan dari para nenek moyang yang harus dilestarikan.
Terkait dengan penilaian bahasa sunda Banten merupakan bahasa kasar dibandingkan bahasa sunda Priangan, menurut dia, jangan menggunakan "kacamata" orang lain untuk melakukan penilaian.
"Kita jangan menggunakan 'kacamata' orang lain untuk menilai bahasa sunda Banten kasar atau tidak. Bagi orang lain mungkin kasar, tapi kalau sesama kita orang Banten, kan biasa saja," katanya.
Menurut dia, dalam bahasa inggris pun, terjadi perbedaan antara yang digunakan di Negara Inggris dan Amerika Serikat. Bahasa inggris yang digunakan orang Amerika dinilai kasar, tapi mereka tidak mempedulikannya, dan tetap menggunakan untuk percakapan sehari-hari.
"Kalau orang Amerika saja bisa 'cuek' dengan penilaian orang lain, mengapa kita orang Banten tidak bisa seperti itu. Biarkan saja orang mau bilang apa, kita gunakan saja, dan harus bangga dengan bahasa sendiri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011