Lebak, (ANTARABanten) - Dewan Pendidikan Kabupaten Lebak meminta pelajaran muatan lokal baca tulis Quran (BTQ) yang diterapkan di tingkat sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas segera dihapus karena tidak efektif untuk meningkatkan pendidikan karakter.

"Kami tidak setuju pelajaran BTQ dijadikan muatan lokal di sekolah-sekolah, karena Al Quran pelajaran se-dunia dan bukan muatan lokal lagi," kata Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Lebak, H Hasan Alaydrus di Rangkasbitung.

Hasan mengatakan, pihaknya mendesak Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak menghapus kebijakan tersebut, selain tidak efektif juga belum menjamin siswa mampu menguasai BTQ.

Apalagi, pelajaran agama Islam di sekolah selama sepekan kegiatan belajar mengajar (KBM) hanya dua jam. Dengan waktu sebanyak itu, tentu untuk pendidikan agama Islam sangat terbatas.

"Saya kira waktu pendidikan agama dihabiskan oleh pelajaran BTQ saja, dan anak tidak belajar praktek shalat, tayamum, memandikan jenazah dan lainya," katanya.

Menurut dia, selama ini kinerja guru agama Islam di sekolah-sekolah dinilai perlu ditingkatkan sumber daya manusia (SDM) juga harus memiliki kreativitas serta inovatif dalam pembelajaran.

Sebab banyak ditemukan guru agama mengajar tidak mengajak siswa untuk belajar praktek shalat, berwudhu tayumum, memandikan jenazah, atau shalat jenazah.

Bahkan, pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs) I  Rangkasbitung, mereka tidak mengajarkan praktek shalat lima waktu, shalat jenazah, dan shalat-shalat lainya. Pendidikan agama di madrasah hanya diajari ilmu fiqih.

"Saya khawatir anak-anak didik itu, setelah lulus dari sekolah mereka tidak memahami betul pelaksanaan shalat," katanya.

Kepala SMPN I Cikulur Kabupaten Lebak Suhartono mengatakan, penghapusan mulok BTQ tentu harus dikaji ulang karena manfaatnya sangat besar, anak mampu membaca dan menulis Al Quran.

Namun, pihaknya sangat setuju jika Dinas Pendidikan setempat menambah jam pelajaran agama Islam.

"Kami belajar agama Islam dalam sepekan hanya dua jam. Waktu sebanyak itu tentu sangat terbatas sekali," ujarnya.

Kepala SMPN II Cibadak Kabupaten Lebak Wati mengaku ada beberapa siswa yang belum mengetahui tentang jumlah rakaat shalat Subuh.

Mereka melaksanakan shalat Subuh sebanyak tiga rakaat, padahal shalat Subuh dikerjakan dua rakaat.

"Karena itu, kami memerintahkan pendidikan agama harus dengan pelajaran praktek shalat," katanya.

Sementara itu, Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak Juanda mengatakan, pelajaran BTQ perlu dipertahankan karena sangat efektif bagi siswa untuk memahami Al Quran.

"Saya kira mulok BTQ sangat positif untuk membentuk karakter yang relegius (agamis), apalagi Lebak ini merupakan daerah yang kuat agama Islamnya," katanya. ***4***

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011