Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengapresiasi sikap Pemerintah Indonesia yang konsisten mendukung perjuangan bagi pembebasan Palestina serta tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel selama Pemerintah Zionis itu masih melakukan penjajahan terhadap bangsa Palestina.     
       
“MUI mengapresiasi Pemerintah yang konsisten mendukung perjuangan Palestina serta tidak akan membuka hubungan dengan Israel,” kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI Prof Dr Sudarnoto Abdul Hakim MA pada Mudzakaroh Ulama dan Cendekiawan se-Asia Tenggara, Senin malam (15/3/2021).
       
Mudzakaroh atau diskusi yang dilakukan secara virtual dengan tema “Mengembalikan kemuliaan dan kemerdekaan Masjid Al-Aqsha” itu diselenggarakan dalam rangka memperingati Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW atas kerjasama Komunitas Asia Pasifik untuk Palestina (ASPAC for Palestine) dengan MUI.
       
Narasumber lain pada acara itu adalah Dr Nawaf Takruri (Ketua Persatuan Ulama Palestina di luar Palestina), Dato Haji Wan Muhammad bin Dato Syaikh Abdul Aziz (Wakil Jam’iyyah Ulama Malaysia), Dr Abu Hurairah Udasan (Mufti Agung Bangsa Moro), dan Dr Asep Kamaludin (Dosen Universitas Pembangunan Nasional/UPN Jakarta).
       
Acara itu juga dihadiri secara virtual oleh wakil dari beberapa Ormas Islam, termasuk Sekjen Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA) KH Oke Setiadi MSc yang juga berkedudukan sebagai Wakil Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI Pusat.
       
Prof Sudarnoto lebih lanjut mengemukakan, MUI berkomitmen untuk selalu membela perjuangan bagi kemerdekaan Palestina demi tercapainya perdamain di bumi Palestina khususnya dan di Timur Tengah serta dunia internasional pada umumnya.
       
Sementara itu Dr Asep Kamaludin dari UPN Jakarta mengemukakan, Indonesia mempunyai hutang budi terhadap Palestina, karena Palestina termasuk negara pertama yang mengakui Kemerdekaan RI melalui pernyataan Mufti Agung Yerusalem Amin al-Husseini yang disiarkan radio berbahasa Arab dari Berlin Jerman.
       
Ia juga menyatakan, Indonesia perlu membangunkan kembali kekuatan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) serta terus menggaungkan pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina di PBB. Indonesia juga bisa berperan mempersatukan Fatah dan Hammas, dua faksi yang kadang bertentangan dalam pergerakan perjuangan Palestina. 
       
Sebelumnya, Ketua Persatuan Ulama Palestina di Luar Negeri Dr Nawaf Takruri mengingatkan bahwa ulama berperan penting bagi pembebasan Al-Aqsa, dan pergerakan ulama akan memunculkan pergerakan umat.
       
Dr Nawaf mengemukakan, keberhasilan Sholahudin Al-Ayyubi membebaskan Masjid Al-Aqsa pada masa lalu tidak lepas dari peran para ulama yang selalu mengingatkan arti pentingnya berjihad di jalan Allah untuk pembebasan Al-Aqsha dan Palestina.
       
“Sesungguhnya kemenangan Sholahudin al-Ayyubi tak lepas dari kesolehan umat, di mana kesolehan umat tidak akan terbentuk tanpa kesolehan para ulama yang terus menjadikan dirinya penggerak kebaikan dan jihad, sehingga terbentuk sebuah gerakan umat,” tuturnya.
       
Pada kesempatan yang sama Dato Wan Hj Muhammad dari Jam’iyah Ulama Malaysia mengingatkan, impian bagi pembebasan Al-Aqsa yang merupakan kiblat pertama umat Islam dan kemerdekaan Palestina tidak akan terwujud tanpa adanya pemahaman sejarah. 
       
“Karena itu perlu ditanamkan pemahaman sejarah Islam yang komprehensif kepada generasi muda di manapun berada agar mereka tidak tertipu oleh propaganda Yahudi Zionis Israel,” katanya. 
    


 

Pewarta: Lukman Hakim

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021