Tangerang (ANTARABanten) - Ismail Marzuki Rachmi Aziah (61), putri tunggal pahlawan nasional Ismail Marzuki yang tinggal di Perumahan Bappenas, Blok A 12, Cinangka, Wates, Sawangan, Depok, Senin mengalami serangan jantung.

Ia kini mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit (RS) Medika BSD, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

"Saat ini kondisi Aziah masih lemah dan membutuhkan perawatan hingga 72 jam untuk menstabilkan detak jantungnya," kata Inggrit Sri Wahyuni, anak kedua Rachmi Aziah ditemui di RS Medika BSD, Selasa.

Dijelaskannya, meski dalam kondisi lemah tetapi Aziah sudah dapat berbicara meski terbata-bata. "Saat pertama terkena serangan pada Senin (24/1) malam, Aziah sempat jatuh ke lantai. Namun, kini sudah baikan," katanya.

Ditambahkannya, saat ini keluarga masih kesulitan untuk pembiayaan. Sebab, untuk menstabilkan kondisi jantung, pihak rumah sakit menyarankan menempatkan pen dan kateter.

Untuk satu pen, kata Inggrit, dibutuhkan dana sebesar Rp70 juta. Belum lagi memasangkan kateter yang juga dibutuhkan biaya sekitar Rp70 juta.

"Pihak RS menyarankan untuk dipasangkan pen dan kateter agar kondisinya semakin baik. Namun, karena biaya, rencana tersebut urung dilakukan," katanya.

Inggrit sendiri sejauh ini sudah menghubungi pengurus Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI) agar dicarikan solusi untuk pembiayaan.

"Kalau informasi dari IKPNI tiga hari ke depan kami sudah mendapat kejelasan. Tapi kami juga memohon kalau memang ada yang mau memberikan bantuan," kata Inggrit.

Penuturan Inggrit, awalnya Aziah mengeluh mengalami sakit dan sesak pada bagian dada. Kemudian, rasa sakit yang dialami Aziah yang kesehariannya sebagai penjual makanan dan minuman ringan di depan sekolah SDN Kedaung, Wates Kompleks Bappenas, Sawangan, Depok semakin parah hingga membuatnya tersungkur jatuh.

Kemudian pihak keluarga melarikan Aziah ke Rumah Sakit Puri Cinere untuk mendapatkan perawatan.

"Namun karena biaya kami tidak cukup. Maka kami carikan rumah sakit lain yang terjangkau. Untuk pemasangan pen dan kateter kami belum kepikiran karena biayanya yang mahal. Kami hanya minta ke dokter agar Ibu dapat segera pulang," katanya.

 

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011