Sejumlah penangkar pembenihan jahe merah di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, meraup keuntungan di tengah pandemi COVID-19, karena banyak permintaan dari masyarakat.
"Kami bisa meraup keuntungan bersih sekitar 60 persen dari pendapatan Rp16 juta/bulan," kata Jaelani (45), seorang penangkar pembenihan jahe di Cimarga Kabupaten Lebak, Jumat.
Baca juga: Petani di Badui kewalahan layani permintaan jahe merah
Tingginya permintaan benih jahe merah tersebut tentu bisa meraup keuntungan cukup besar selama masa pandemi COVID-19. Kebanyakan masyarakat yang membeli benih jahe merah, kata dia, untuk ditanam di ladang dengan masa panen selama sembilan bulan.
Bahkan, lanjutnya, permintaan jahe itu bisa mencapai 3.000 sampai 4.000 per pekan dengan harga Rp1.000/batang. Jika benih jahe habis, ia terpaksa mencari dari penangkar yang lain.
"Kami merasa kewalahan tingginya permintaan benih jahe itu setelah dipasarkan melalui aplikasi marketplace," katanya.
Ia mengembangkan penangkaran pembenihan jahe setelah empat tahun lalu terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Tangerang, sehingga mencoba membuka usaha penangkaran benih jahe, karena melihat sekitar tetangganya itu kebanyakan berprofesi petani.
Potensi usaha penangkaran itu terbukti, kata dia, banyak permintaan dari masyarakat sekitar hingga Serang dan Bogor.
Pembenihan jahe itu, kata dia, bisa dijual setelah berusia enam sampai delapan bulan dengan ketinggian batang 30 sentimeter.
"Kami sebelum pandemi COVID-19 paling bantar bisa meraup keuntungan 50 persen dari pendapatan Rp5 juta/bulan," katanya.
Begitu juga penangkar pembenihan jahe lainnya, Arya (45) warga Karanganyar, Kabupaten Lebak, mengatakan selama pandemi COVID-19 permintaan benih jahe meningkat.
Biasanya, lanjut dia, permintaan benih jahe merah sekitar 5.000 batang, namun ditengah pandemi COVID-19 bisa mencapai 15.000 batang/bulan.
"Kami memperkirakan selama pandemi COVID-19 bisa meraup keuntungan 65 persen dari pendapatan Rp15 juta/bulan," katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan para penangkar benih jahe di wilayahnya cukup berkembang sehubungan permintaan pasar cenderung meningkat.
"Kami mendorong para penangkar benih jahe itu dapat mengembangkan usahanya sehingga mendorong pendapatan ekonomi keluarga," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021
"Kami bisa meraup keuntungan bersih sekitar 60 persen dari pendapatan Rp16 juta/bulan," kata Jaelani (45), seorang penangkar pembenihan jahe di Cimarga Kabupaten Lebak, Jumat.
Baca juga: Petani di Badui kewalahan layani permintaan jahe merah
Tingginya permintaan benih jahe merah tersebut tentu bisa meraup keuntungan cukup besar selama masa pandemi COVID-19. Kebanyakan masyarakat yang membeli benih jahe merah, kata dia, untuk ditanam di ladang dengan masa panen selama sembilan bulan.
Bahkan, lanjutnya, permintaan jahe itu bisa mencapai 3.000 sampai 4.000 per pekan dengan harga Rp1.000/batang. Jika benih jahe habis, ia terpaksa mencari dari penangkar yang lain.
"Kami merasa kewalahan tingginya permintaan benih jahe itu setelah dipasarkan melalui aplikasi marketplace," katanya.
Ia mengembangkan penangkaran pembenihan jahe setelah empat tahun lalu terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Tangerang, sehingga mencoba membuka usaha penangkaran benih jahe, karena melihat sekitar tetangganya itu kebanyakan berprofesi petani.
Potensi usaha penangkaran itu terbukti, kata dia, banyak permintaan dari masyarakat sekitar hingga Serang dan Bogor.
Pembenihan jahe itu, kata dia, bisa dijual setelah berusia enam sampai delapan bulan dengan ketinggian batang 30 sentimeter.
"Kami sebelum pandemi COVID-19 paling bantar bisa meraup keuntungan 50 persen dari pendapatan Rp5 juta/bulan," katanya.
Begitu juga penangkar pembenihan jahe lainnya, Arya (45) warga Karanganyar, Kabupaten Lebak, mengatakan selama pandemi COVID-19 permintaan benih jahe meningkat.
Biasanya, lanjut dia, permintaan benih jahe merah sekitar 5.000 batang, namun ditengah pandemi COVID-19 bisa mencapai 15.000 batang/bulan.
"Kami memperkirakan selama pandemi COVID-19 bisa meraup keuntungan 65 persen dari pendapatan Rp15 juta/bulan," katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan para penangkar benih jahe di wilayahnya cukup berkembang sehubungan permintaan pasar cenderung meningkat.
"Kami mendorong para penangkar benih jahe itu dapat mengembangkan usahanya sehingga mendorong pendapatan ekonomi keluarga," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021