Serang (ANTARABanten) - Seluas 1.933 hektare sawah terendam banjir diempat kabupaten/kota di wilayah Banten akibat hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir di wilayah Banten.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Agus M Tauchid di Serang, Kamis, mengatakan, tanaman padi yang terendam banjir tersebar diempat daerah, yakni Kabupaten Pandeglang, Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon.

"Banjir yang terjadi kemungkinan tidak akan menyebabkan gagal panen, karena genangan air tidak lama dan umur tanaman sudah di atas 45 hari," kata Agus Tauchid.

Luas sawah yang terendam tersebut hingga Rabu (12/1) terjadi di kabupaten Pandeglang tersebar di Kecamatan Cikeusik 45 Ha, Kecamatan Pagelaran 345 Ha, kecamatan Patia 415 ha dan Kecamatan Sobang 911 ha.

selain itu juga di Kabupaten Serang diempat kecamatan seluas 62 hektar, di Kota Serang di Desa Margaluyu Kecamata Kasemen seluas 30 ha dan di Kota Cilegon pada dua kecamatan seluas 51 hektar.

"Permaslahan banjir ini disebabkan karena hujan deras dan adanya kerusakan pada saluran irigasi," kata Agus.   
    
Namun yang perlu diantisipasi oleh para petani adalah, pasca banjir baisanya banyak timbul penyakit, seperti keong mas dan juga serangan hama tiku.

Untuk itu, Dinas pertanian dan Peternakan mempersiapkan berbagai upaya diantaranya persediaan pestisida dan cadangan benih bagi sawah yang menjadi puso atau gagal panen.   
    
Ia mengatakan, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten menyiapkan cadangan benih untuk kapasitas seluas sekitar 80 ribu haktare sawah, mengantisipasi banjir pada musim hujan tahun ini.

"Sudah kami siapkan dari cadangan benih nasional sebagai upaya antisipasi sawah terkena puso akibat banjir," katanya.

Ia mengatakan, sawah yang rawan terkena banjir saat musim hujan biasanya terjadi di Kabupaten Pandeglang, Lebak dan Serang, karena di sejumlah titik daerah tersebut banjir hampir terjadi setiap tahun.

"Tetapi anomali cuaca tahun ini juga menjadi keuntungan bagi petani karena bisa menanam secara bervariatif, walaupun ada diantaranya yang juga kebanjiran," kata Agus.

Dengan pola pertanian secara terpadu melalui program gerakan membangun pertanian rakyat terpadu (gempita ratu), pembangunan bidang pertanian bisa meningkatkan kesejahteraan petani serta petani tidak terlalu mengandalkan ketergantungan terhadap musim.

"Melalui pola kemitraan dengan sejumlah pihak, bisa mempermudah para petani untuk mengakses sarana produksi dan permodalan," kata Agus.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011