Serang (ANTARABanten) - Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Pemerintah Provinsi Banten melakukan sosialisasi peringatan dini serta penanggulangan bencana gempa dan tsunami melalui media film dan kesenian tradisional wayang golek.

Pemutaran film "Gempa 7,0 Skala Richter" dan pagelaran kesenian wayang golek dilangsungkan di alun-alun barat Kota Serang, Selasa, dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring bersama Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Muspida Banten dan ratusan warga Kota Serang yang memenuhi alun-alun Kota Serang.

Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring menyatakan, dengan sosialisasi antisipasi gempa dan tsunami tersebut, diharapkan warga memiliki kesadaran akan bahaya gempa dan tsunami, sehingga bisa mengantisipasinya untuk meminimalisasi korban jika terjadi bencana itu.

Ia mengharapkan agar masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa harus memiliki kesadaran yang tinggi dalam menghadapi gempa.

"Kuncinya masyarakat harus memiliki kesadaran dalam menghadapi gempa. Kita bisa tiru apa yang dilakukan masyarakat di Jepang. Meski intensitas gempa di Jepang lebih sering terjadi, namun korban akibat gempa sangat minim," kata Tifatul sebelum menyaksikan pemutaran film tersebut.

Menurut dia, di Jepang anak-anak sekolah juga diajarkan pelajaran tentang kesadaran dalam menghadapi gempa dan tsunami. Untuk itu, melalui pemutaran film gempa ini diharapkan masyarakat makin terbiasa dalam menghadapi gempa.

"Pemutaran film gempa ini sebagai pendidikan kepada masyarakat dalam menghadapi gempa sehingga siap dan terbiasa jika gempa dan tsunami terjadi," katanya.

Ia berharap pemutaran film ini dilanjutkan oleh Pemprov Banten hingga bisa dilakukan sosialisasi hingga ke tingkat desa.

Menurut mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, ada lima langkah yang harus dilakukan masyarakat saat terjadinya gempa yakni lindungi kepala, cari perlindungan sementara, ke luar rumah, lihat ke atas dan ke bawah khawatir ada barang-barang yang membahayakan, dan lari ke tempat aman atau lapangan.

Menurut Tifatul, pemutaran film gempa di Banten merupakan yang perdana, mengingat lokasi Banten merupakan daerah rawan bencana. Apalagi, Banten memiliki latar belakang bencana meletusnya Gunung Krakatau pada 1883 dan saat ini Anak Gunung Krakatau sedang aktif mengeluarkan letupan abu vulkanik.

Sementara itu Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Penanggulangan Bencana Nasional dan BMKG, karena Banten menjadi daerah pertama pemutaran film "Gempa 7,0 Skala Richter".

Ia berharap dengan film tersebut, bisa memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat terkait antisipasi dan peringatan dini penanggulangan bencana gempa dan tsunami.

"Provinsi Banten sangat konsen dengan permasalahan ini dengan melakukan langkah-langkah preventif, melalui pembentukan badan penanggulangan bencana daerah dan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait," kata Ratu Atut.

Ia juga mengatakan, pihaknya juga berupaya mengoptimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki dalam upaya antisipasi bencana tersebut, serta melakukan berbagai pelatihan bagi para sukarelawan di antaranya bagi lebih dari 1.000 anggota taruna siaga bencana (Tagana) hingga ke desa dan kecamatan.

Menurutnya, upaya sosialisasi dan peringatan dini penanggulangan bencana tersebut bagi warga Banten sangat diperlukan, mengingat Banten sebagai daerah yang rawan bencana juga memiliki sekitar 188 industri kimia dari jumlah 659 industri yang ada di Banten.

"Kita berdoa dan berharap agar bencana itu tidak terjadi. Namun demikian, antisipasi itu tetap perlu dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan bahaya bencana tersebut," kata Ratu Atut.

Sosialisasi peringatan dini dan penanggulangan bencana melalui pemutaran film dan kesenian tradisional wayang golek disaksikan ratusan warga yang memenuhi alun-alun barat Kota Serang.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011