Cilegon (ANTARABanten) - Bank Indonesia meminta pemerintah pusat dan daerah membangun atau memperbaiki irigasi untuk mengantisipasi kekeringan dan dan panas dampak dari badai mantahari yang diperkirakan terjadi pada 2011.

"Kalau tahun 2010 ada badai el nina yang berdampak pada kebutuhan pokok masyarakat naik seperti harga sayur mayur dan ikan, maka di tahun 2011 akan ada badai matahari yang nampaknya sangat terasa, karena badai ini cenderung kering dan lebih panas," kata Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Arief Hartawan, Kamis.

Penyataan tersebut, disampaikan Arief pada acara seminar "outlook" ekonomi 2011 peningkatan pendapatan riil masyarakat Banten melalui stabilitas harga, di Cilegon.

Dia menjelaskan, dampak yang disebabkan adanya badai el nina pada tahun 2010, terjadi inflasi yang cukup besar di Tanah Air.

Memasuki 2011, serta terjadinya anomali cuaca belakang ini harus diwaspadai oleh pemerintah, dengan menyiapkan berbagai terobosan, di antaranya membuat/memperbaiki irigasi guna mengairi areal pertanian agar tidak kekeringan.

"Kalau sekarang kondisi irigasinya rusak atau tidak berfungsi, maka secepatnya dilakukan perbaikan, dan membuat irigasi-irigasi untuk sawah petani yang selama ini hanya mengandalkan dari air hujan," katanya.

Badai matahari merupakan aktivitas matahari terkuat. Energi percikan api dari matahari berkekuatan 100 kali lebih besar dari energi panas bumi yang bisa dihasilkan dari pembakaran seluruh cadangan minyak di bumi.

Dampak dari terjadinya badai matahari itu, akan membuat lahan-lahan pertanian menjadi kering.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten Hudaya menjelaskan, Pemerintah Provinsi Banten akan menerapkan kebijakan untuk menyetok beras, guna mencukupi kebutuhan masyarakat.

"Pada 2011 Pemprov Banten telah membuat kebijakan dan akan melaksanakan kebijakan tersebut dengan membeli gabah para petani di Banten," katanya.

Pembelian gabah dari petani dan penyetokan bahan pangan itu, kata dia, untuk mengantisipasi kekurangan beras, akibat gagal panen karena pengaruh cuaca.

"Walaupun menurut data produksi beras Banten, surplus tapi kami akan tetap menerapkan kebijakan tersebut sebagai antisipasi terjadinya kekurangan beras dan guna stabilsasi harga beras," ujarnya.

Data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, kata dia, produksi gabah kering giling (GKG pada 2010 mencapai 2,1 juta ton, jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan yang hanya 1,3 juta ton.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2010