Banjir yang melanda wilayah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sepanjang Ahad (6/12), dilaporkan menyebabkan seorang warga meninggal dunia terseret arus Sungai Cimaur.

"Warga yang meninggal dunia itu diketahui bernama Eni (50)," kata Plt  Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Pebby Rezki Pratama di Lebak, Senin.

Baca juga: Seorang santri terbawa arus, BPBD Banten sisir Sungai Cilangkahan

Petugas tim SAR gabungan terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, Relawan juga melakukan evakuasi seorang santri Apud (16) yang terbawa arus Sungai Cilangkahan, sedangkan dua temannya Saripudin (20) dan Andri (18) dapat diselamatkan.

Saat ini, kata dia, tim evakuasi masih fokus untuk melakukan penyisiran mencari korban yang belum ditemukan itu.

Banjir yang melanda wilayah di Kabupaten Lebak merendam sebanyak 1.200 rumah di 14 kecamatan akibat meluap sejumlah sungai.

BPBD Lebak menyampaikan informasi kepada aparatur kecamatan, desa dan kelurahan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam sehubungan curah hujan cenderung meningkat.

"Kami minta warga agar meningkatkan kewaspadaan banjir susulan, karena curah hujan cukup tinggi," katanya menjelaskan.

Menurut dia, banjir yang menerjang wilayah Kabupaten Lebak akibat hujan terjadi sejak Sabtu (5/12) sore, hingga mengakibatkan sebanyak 1.200 rumah terendam yang tersebar di 14 kecamatan, 37 desa dan 29 rumah dalam kondisi rusak berat serta ringan.

Selain itu juga banjir tersebut menimbulkan kerusakan infrastruktur di antaranya jalan kabupaten sepanjang 10 meter dan jalan poros desa 10 meter ambles serta satu unit jembatan gantung roboh.

Ketinggian banjir itu berkisar antara 1,5 meter sampai 2,5 meter dan kebanyakan pemukiman warga yang dilanda banjir berlokasi di sekitar aliran sungai.

Banjir yang melanda 14 kecamatan itu, antara lain di Malingping, Sobang, Wanasalam, Cijaku, Muncang, Leuwidamar dan Cirinten.

Disamping itu juga Kecamatan Banjarsari, Cileles, Gunungkencana, Cigemblong, Cimarga, Cikulur dan Cibadak.

Selama ini, curah hujan di Kabupaten Lebak masih berlangsung dengan intensitas lebat, sedang dan ringan terjadi pagi, siang hingga malam itu.

"Kami berharap warga yang tinggal sekitar aliran sungai tetap waspada untuk mengantisipasi banjir susulan," katanya.



Terjunkan personil

Kepolisian Resor (Polres) Lebak menerjunkan personil untuk melakukan evakuasi di empat desa di Kecamatan Leuwidamar dilanda banjir setelah Sungai Cisimeut meluap menerjang pemukiman warga.

Keempat desa itu antara lain Sangkanwangi, Wantisari, Leuwidamar dan Parahiang dengan ketinggian mencapai 1,5 meter.

Mereka dilengkapi perahu karet dan pelampung untuk penyelamatan warga yang terjebak banjir.

Petugas melakukan penyisiran ke desa-desa dan mendatangi warga yang terjebak banjir dengan membawa ke lokasi pengungsian.

Kepolisian juga menyalurkan bantuan sembilan bahan pokok atau sembako sebanyak 50 paket untuk meringankan warga yang terdampak bencana alam itu.

"Kami menerjunkan personil, selain mengevakuasi juga membersihkan lumpur dan sampah yang menggenangi rumah warga," kata Kapolres Lebak Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Ade Mulyana.



Mulai surut

Banjir yang dialami masyarakat Wantisari Kabupaten Lebak akibat luapan Sungai Cisimeut setelah curah hujan di daerah itu cukup tinggi.

Hujan terjadi sejak Sabtu (5/12) hingga Ahad (6/12) mengakibatkan permukiman warga terendam banjir dengan ketinggian 1,5 meter.

Masyarakat yang terdampak bencana banjir terpaksa mengungsi di majelis taklim setempat, namun sekitar pukul 16.00 WIB warga kembali ke rumah masing-masing.

Banjir yang melanda 14 kecamatan di Kabupaten Lebak kembali surut setelah sejumlah debit air sungai di daerah itu menurun.

"Kami sekarang sudah kembali ke rumah dan membersihkan lumpur dan sampah," kata Pipit, warga Wantisari Kabupaten Lebak.

Kepala Desa Wantisari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Hudori mengatakan pihaknya mencatat 200 unit rumah warga terendam banjir akibat luapan Sungai Cisimeut. Saat ini, warga yang terendam banjir itu sudah kembali ke rumah setelah banjir kembali surut.

Namun demikian, pihaknya berharap warga korban banjir segera mendapatkan bantuan logistik dari pemerintah setempat.

Meski warganya itu mengalami musibah banjir tidak berlangsung lama, tetapi dampaknya cukup dirasakan,terutama kebutuhan bahan pokok. "Kami berharap bantuan bahan pokok bisa secepatnya disalurkan guna meringankan beban ekonomi," katanya.



Status awas

Aat, seorang petugas pemantau Sungai Ciberang-Ciujung Kabupaten Lebak mengatakan diperkirakan banjir kembali terjadi karena permukaan air dan debit sungai cukup tinggi.

Permukaan Sungai Ciberang-Ciujung rata-rata mencapai 440 centimeter dengan debit air 569 meter kubik per detik, namun ketinggian hulu Ciujung 650 centimeter dan Ciberang 443 centimeter.

Karena itu, pihaknya menetapkan Sungai Ciberang-Ciujung berstatus "awas" banjir dan intensitas hujan di daerah itu cenderung meningkat, meski banjir sudah surut.

Luapan Sungai Ciberang-Ciujung di kawasan hulu Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan hutan adat Baduy dilanda hujan sejak Rabu malam.

Selain itu juga curah hujan dengan intensitas ringan dan sedang berlangsung antara tiga sampai 10 jam.

"Kami minta warga yang tinggal di pemukiman sekitar aliran sungai agar waspada jika hujan pada malam sampai dini hari," katanya.



Waspada

Camat Rangkasbitung Kabupaten Lebak Yadi Basari Gunawan mengimbau warga yang tinggal di sekitar aliran Sungai Ciberang-Ciujung agar waspada banjir sehubungan debit air sungai meningkat.

Saat ini, jumlah warga yang tinggal di bantaran sungai mencapai ribuan kepala keluarga tersebar di Kelurahan MC Rangkasbitung Barat, MC Timur Rangkasbitung Timur, Cijoro Lebak, Cijoro Pasir, Desa Kolelet Wetan dan Desa Pabuaran.

Menimbang kondisi saat ini, sudah saatnya lurah, kepala desa dan rukun warga mengaktifkan ronda malam guna mengantisipasi bencana alam.

Apa yang dilakukan Siti Jubaedah (50), warga Kelurahan MC Barat Rangkasbitung merupakan langkah yang baik dengan mengungsikan peralatan elektronika ke tempat aman karena khawatir terkena banjir.

Semua warga tidak mau banjir seperti tahun lalu terulang lagi, dimana seisi rumah terendam air, termasuk perabotan elektronika dan barang lainnya.

Tak hanya jiwa, properti penting perlu diselamatkan untuk menekan kerugian akibat banjir.*
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020