Musibah Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Kecamatan Serpong, Tangsel, longsor hingga nyaris menutupi Kali Cisadane. Dari foto yang beredar luas, tumpukan sampah menutup sebagian besar lebar kali Cisadane.

Aktivis dari Yayasan Peduli Lingkungan Hidup (YAPELH), Ade Yunus pun telah mengatakan sampah longsor yang mengotori sungai Cisadane merupakan petaka sampah yang diakibatkan kelalaian dan salah pengelolaan sampah dan dua tahun yang lalu sudah pernah diminta agar segera ditutup karena kondisinya sangat mengkhawatirkan.

Sedangkan Rizal Bawazier, salah satu tokoh publik kota Tangerang Selatan berkomentar terkait masalah sampah Cipeucang ini harus mengikuti pengolahan luar negri seperti negara Jerman .

“Pengaturan sampah itu harus dengan teknologi canggih, tidak bisa tidak, jangan berpikir panjang mengenai biayanya yang tinggi, apalagi daerah Kota Tangerang Selatan bukan seperti Kabupaten Tangerang atau Kabupaten Bogor yang masih mempunyai lahan-lahan tanah yang luas, contohnya saja seperti Jerman " pungkasnya.
 
Dirinya pun mengalurkan seperti sampah dikumpulkan oleh petugas kebersihan, kita kasih tunjangan yang lebih untuk petugas kebersihan supaya aktif dan cepat pungut sampah-sampah, setiap malam harus angkut sampah, lalu sampah diangkut ke sebuah kawasan. Kawasan tersebut berbentuk bangunan-bangunan dengan cerobong asap seperti pabrik pembakaran sampah, semuanya dibakar dalam satu bangunan dengan suhu 1.000 derajat celcius atau lebih selama 7 hari dalam seminggu atau bisa dikatakan terus dilakukan tanpa henti.

“Sampah yang dibakar berubah menjadi panas dan energi terbarukan yang menghidupkan, berupa listrik atau batubara, tinggal pilih teknologinya mau jadi apa hasil akhirnya. Hasil uap pembakaran sampah akan disaring kembali juga dengan teknologi canggih dan akan dikeluarkan sebagai udara bersih yang bisa dihirup oleh masyarakat sekitar'" ungkap pria pembisnis sukses ini.

Pewarta: Fadzar Ilham

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020