Empat warga Desa Dambalo, Kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara, reaktif tes cepat 'rapid test', yang langsung ditindaklanjuti oleh pemerintah desa setempat dengan memperketat pengawasan orang masuk ke desa tersebut.

Haris Tuina, kepala Desa Dambalo, di Gorontalo, Selasa, mengatakan hasil tes cepat yang dilakukan kepada empat warga reaktif sehingga pihaknya semakin memperketat pengawasan orang dan masyarakat pun diminta saling mengawasi didukung tim relawan desa, untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.

Ia mengatakan, petugas medis Puskesmas Dambalo pada Senin (25/5) melakukan tes cepat kepada empat orang warganya yang tinggal serumah dan terkonfirmasi didatangi satu orang anggota keluarga yang baru melakukan perjalanan dari Manado, Sulawesi Utara.
Haris mengurai kronologis sebelum empat warga atau satu keluarga tersebut mengikuti tes cepat.

Pada Sabtu (23/5) satu orang anggota keluarga berinisial SD yang bermukim di Dusun Tengah , Desa Dambalo tersebut, baru tiba dari Paguyaman, Kabupaten Gorontalo.

Kepala Dusun Tengah langsung mengarahkan SD untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas Dambalo, namun tidak sempat di tes cepat sebab yang bersangkutan mengaku memang memiliki riwayat penyakit sesak nafas bahkan pernah menjalani perawatan selama enam bulan.
Saat itu, suhu tubuhnya 34 derajat.

SD diketahui baru melakukan perjalanan dari Manado, Sulawesi Utara, dan sempat tertahan di pintu masuk perbatasan Gorontalo-Bolmong Utara, di Kecamatan Atinggola, selama empat hari.

Ia kemudian mengelabui petugas perbatasan, dengan menumpang becak motor (bentor, red) seolah-olah penumpang antar desa di wilayah itu, yang melintasi pintu masuk perbatasan.
SD lolos dan langsung melanjutkan perjalanannya ke Kecamatan Kwandang, menuju Isimu hingga Paguyaman, Kabupaten Gorontalo, menumpang angkutan umum.

Sehari sebelum lebaran (Sabtu, red) SD kembali ke Desa Dambalo dan langsung melakukan pemeriksaan di Puskesmas, kemudian pada Minggu atau di hari raya Idul Fitri, SD mengikuti sholat berjamaah di masjid Dusun Tengah.

Ia kembali merasakan sesak nafas, kondisi itu dilaporkan warga setempat ke salah satu pejabat daerah yang ada di desa itu, kemudian dilaporkan ke Gugus Tugas COVID-19 kabupaten.

"Malamnya, pukul 21.00 Wita, sebanyak tiga orang petugas medis Puskesmas Dambalo dan seluruh aparat desa juga relawan, mendatangi SD yang tinggal serumah dengan tujuh anggota keluarga lainnya, untuk dilakukan tes cepat," ujar Haris.

Empat orang dewasa, masing-masing berinisial NN (71), SD (49) dan dua anggota keluarga lainnya usia 40 dan 20 tahun, menjalani tes cepat.

"Keempatnya dinyatakan reaktif dengan suhu tubuh rata-rata 36 derajat," ucap Haris.

Sementara empat anggota keluarga lainnya,  dua orang anak-anak berusia 7 dan 8 tahun serta dua orang usia belasan tahun, baru akan menjalani tes cepat pada Selasa di Puskesmas Dambalo.

Pihaknya kata Haris, mengarahkan keluarga tersebut untuk melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pemantauan ketat relawan desa, sambil menunggu swab test.

Mereka tidak diizinkan keluar rumah, sementara untuk aktivitas konsumsi rumah tangga, difasilitasi pihak relawan dengan cara uang dilempar melalui jendela kemudian relawan mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap, menyemprotkan cairan disinfektan sebelum membelanjakan uang.

Haris mengaku cukup prihatin dengan kondisi warganya tersebut, mengingat mereka (delapan anggota keluarga) menghuni satu unit rumah semi permanen yang hanya memiliki satu ruang kamar tidur.
 

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020