"Kami sejak sepekan terakhir ini sibuk melayani konsumen," kata Mahmud (40), seorang pedagang petai di Pasar Subuh Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Sabtu.
Permintaan petai menjelang Ramadhan cenderung meningkat hingga dua kali lipat, sehingga mereka sibuk melayani permintaan konsumen.
Baca juga: Jelang Ramadhan, permintaan ubi jalar di Lebak meningkat
Baca juga: Jelang Ramadhan, permintaan ubi jalar di Lebak meningkat
Biasanya, omzet sekitar Rp2 juta per hari dengan menghabiskan sebanyak 100 empong atau 1.000 petai dengan harga Rp2.000/petai.
Namun, sekarang menjelang Ramadhan bisa menghasilkan omzet Rp4 juta dengan menghabiskan 200 empong atau 2.000 petai dan harga satuannya Rp2.000/petai.
"Kami meyakini dengan meningkat omzet itu tentu dapat membantu ekonomi petani di sini," kata Mahmud pula.
Menurut dia, semua petai yang dijual di Pasar Subuh Rangkasbitung itu dari berbagai daerah di Kabupaten Lebak, di antaranya Kecamatan Leuwidamar, Gunungkencana, Cileles, Cimarga, Cirinten, Bojongmanik, Cijaku, Banjarsari , Cigemblong, dan lainnya.
Baca juga: Disketapang Lebak gelar gerakan pasar murah bahan pokok
Baca juga: Disketapang Lebak gelar gerakan pasar murah bahan pokok
Selama ini, panen petai tidak ada habisnya dan terus-menerus petani setempat memanennya.
Para pedagang besar itu menampung petai dari petani dan kembali dipasok ke Pasar Rangkasbitung, juga ke Tangerang dan Jakarta.
"Kami membeli petai itu langsung ke petani dengan sistem borongan per pohon, dengan rata-rata Rp2 juta per pohon," katanya menjelaskan.
Begitu juga pedagang petai lainnya, Sarip (50), mengatakan dirinya sudah 15 tahun berjualan petai dan penghasilan terbesar menjelang Ramadhan dan Lebaran, karena dipastikan permintaan meningkat tajam sampai dua kali lipat.
"Kami hari ini dapat omzet Rp2 juta dari sebelumnya Rp1 juta per hari," kata Sarip.
Baca juga: Omzet pedagang singkong di Lebak melonjak seiring naiknya harga beras
Baca juga: Omzet pedagang singkong di Lebak melonjak seiring naiknya harga beras
Samsudin (60), seorang petani warga Gunungkencana, Kabupaten Lebak mengatakan dirinya memiliki 20 batang pohon petai yang sedang berbuah, dan dibeli oleh penampung besar dengan sistem borongan per pohon Rp2 juta, sehingga bisa menghasilkan pendapatan Rp40 juta.
Umumnya, kata dia lagi, dirinya mengembangkan pertanian petai itu hanya sebagai pendapatan sampingan.
"Kami berharap dengan hasil penjualan petai itu dapat dimanfaatkan untuk membeli lahan lagi, agar perkebunan petai terus bertambah jumlah populasinya," katanya menjelaskan.
Baca juga: Permintaan kerupuk Asoy di Lebak meningkat jelang Ramadhan
Baca juga: Permintaan kerupuk Asoy di Lebak meningkat jelang Ramadhan