Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Aat Surya Safaat menilai, Indonesia sebagai Ketua G20 bisa membantu terwujudnya perdamaian Rusia dan Ukraina serta meminta negara-negara pendukung kedua belah pihak agar dapat menahan diri.
“Indonesia selama ini bersahabat baik, baik dengan Rusia maupun dengan Ukraina, apalagi Indonesia saat ini menjabat sebagai Ketua G20. Maka, Indonesia punya kesempatan emas untuk turut membantu terwujudnya perdamaian Rusia-Ukraina,” katanya dalam perbincangan dengan wartawan di Jakarta, Minggu (6/3/2022).
Direktur Pemberitaan Kantor Berita ANTARA 2016 yang juga pernah menjadi Kepala Biro ANTARA New York (1993-1998) itu menyatakan, sebagai Ketua G20, penggagas Gerakan Non Blok, dan negara berpengaruh di ASEAN, Indonesia memiliki momentum untuk mengambil langkah-langkah diplomatik guna menghentikan perang Rusia-Ukraina.
G20 atau “Group of Twenty” itu sendiri merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri atas 19 negara utama dan Uni Eropa, yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, China, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, Turki, dan Uni Eropa.
Indonesia didapuk sebagai tuan rumah atau Presidensi G20 tahun 2022 melalui serah terima dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Roma Italia pada Oktober 2021. Indonesia menerima tongkat estafet kepemimpinan G20 dari Italia, sekaligus menjadi negara Asia ke-5 yang menjadi tuan rumah KTT G20 setelah Jepang, China, Korea Selatan, dan Arab Saudi.
Indonesia menyambut baik tanggung jawab Presidensi G20 di tengah pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Dengan mengangkat tema "Recover Together, Recover Stronger" (Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat), Indonesia ingin mengajak seluruh dunia bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama, serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.
Ketua Bidang Luar Negeri SMSI lebih lanjut mengemukakan, Indonesia bukan hanya perlu memanfaatkan momentum sebagai Ketua G20 untuk mendorong perekonomian global yang sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19, tetapi juga perlu menjadi katalisator perdamaian dunia, khususnya menghentikan konflik bersenjata Rusia-Ukraina.
Indonesia yang memegang Presidensi G20 akan menggelar Pertemuan Puncak G20 di Bali pada November 2022. Momentum itu perlu dimanfaatkan secara optimal dengan melakukan terobosan-terobosan diplomasi yang efektif bagi kepentingan kerjasama dan perdamaian internasional.
Menurut Aat, Indonesia juga perlu mengajak Rusia dan Ukraina untuk duduk bersama dalam satu meja guna mencari solusi bagi terciptanya “win-win solution”, dimana kedua pihak bisa memperoleh apa yang diinginkan masing-masing. Meski mungkin tidak memuaskan, tetapi paling tidak di antara mereka tidak ada yang dirugikan.
“Pembicaraan damai Rusia-Ukraina itu juga perlu melibatkan para mantan Dubes RI untuk Rusia dan mantan Dubes RI untuk Ukraina, karena saya yakin mereka memiliki pengalaman serta pandangan luas dan bijak terkait arti pentingnya persahabatan antarnegara,” kata Penasehat Forum Akademisi Indonesia (FAI) itu.
Sementara itu informasi dari Kementerian Luar Negeri RI menyebutkan, Rusia merupakan mitra dagang dan salah satu sumber investasi terbesar Indonesia, dengan neraca perdagangan rata-rata dalam lima tahun terakhir sebesar USD 2,3 miliar.
Di tengah pandemi COVID-19, neraca perdagangan tahun 2020 mampu mencatat surplus di pihak Indonesia sebesar USD 16 juta, dengan total volume perdagangan sebesar USD 1,93 milyar.
Di sisi lain, nilai investasi langsung Rusia di Indonesia pada tahun 2020 tercatat sebesar USD 4,6 juta dengan 202 proyek, sebagian besar di sektor industri kimia dan farmasi.
Khusus kerjasama di bidang pendidikan, saat ini tercatat sekitar 700 siswa dan mahasiswa Indonesia tengah melanjutkan studi di Rusia, sebagian di antaranya memperoleh beasiswa dari Pemerintah Rusia.
Khusus terkait hubungan Indonesia-Ukraina, beberapa waktu lalu Ketua Umum Ormas Rumah Kreasi Indonesia Hebat (RKIH) Kris Budihardjo melakukan kunjungan ke Ukraina, persisnya dari 14 hingga 17 Oktober 2019 untuk mempromosikan produk kreatif Indonesia di salah satu negara di Eropa Timur itu.
Pada kunjungan ke Ukraina itu ia mengajak pelaku bisnis Indonesia dari berbagai bidang usaha, seperti eksportir kopi, pengusaha bidang pengadaan alutsista/alphankam (alat utama sistem senjata/alat perlengkapan pertahanan keamanan), dan pengusaha dari asosiasi pengrajin tenun ikat. Ukraina sendiri adalah pengimpor besar minyak sawit Indonesia.
Ketika itu Dubes RI untuk Ukraina Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi menyampaikan terima kasih kepada Ketum RKIH yang membawa surat dari Presiden Jokowi terkait penunjukan Mr. Aleksander Feldman (Jr.) sebagai Konsul Kehormatan RI di kota Kharkiv Ukraina, sekaligus membawa misi memperkenalkan produk kreatif Indonesia di Ukraina.
Pada kesempatan yang sama Aleksander Feldman menyatakan kesiapannya menjalankan kepentingan RI di wilayah Kharkiv serta siap membantu peningkatan hubungan bilateral Indonesia-Ukraina di bidang ekonomi, perdagangan, pariwisata, pendidikan, dan hubungan persahabatan antara rakyat kedua negara.
Ketua Bidang Luar SMSI: Indonesia Punya Kesempatan Emas Wujudkan Perdamaian Rusia-Ukraina
Minggu, 6 Maret 2022 14:04 WIB
Indonesia selama ini bersahabat baik, baik dengan Rusia maupun dengan Ukraina