Serang (AntaraBanten) - Pengelola situs Sultan Hasanuddin Banten berharap pemerintah daerah memperhatikan kelestarian situs yang banyak dikunjungi masyarakat untuk melakukan wisata ziarah.
"Saya berharap pemerintah daerah dapat membantu pemeliharaan situs Sultan Hasanuddin mengingat pengunjungnya tidak hanya dari Indonesia tetapi juga warga asing," kata Ahmad Syatibi selaku pengelola di Serang, Rabu.
Dia juga berharap pemerintah daerah dapat ikut memperkenalkan atau mempromosikan objek wisata situs Sultan Hasanuddin ke luar negeri ini agar semakin ramai dikunjungi wisatawan asing.
Lebih jauh Obay Sobari selaku sejarahwan Banten mengatakan situs Sultan Hasanudin sudah mendesak untuk dilakukan pemeliharaan mengingat kawasan ini merupakan satu-satunya objek wisata ziarah di Banten.
Wisata ziarah ini akan terus berlangsung mengingat situs Hasanudin merupakan makam sultan, wali, panglima perang, dan lain sebagainya, ujar Obay.
"Bantuan dana sangat diperlukan tidak saja untuk melestarikan dan memeliharga tetapi juga membangun infrastruktur dan fasilitas untuk memudahkan masyarakat yang ingin berkunjung," ujar dia.
Obay mengatakan, pembangunan di kota Banten saat ini maju dengan pesat banyak berkembang pusat-pusat kegiatan, sehingga sudah selayaknya objek wisata di kawasan tersebut juga ikut dibenahi mengikuti perkembangan yang ada.
Pemerintah daerah juga diminta untuk mengalokasikan dana untuk menjaga objek wisata tersebut mengingat masih banyak tangan-tangan jahil yang merusak situs tersebut dengan mecorat-coret bangunan di sekitarnya.
Kesultanan Banten merupakan kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.
Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya.
Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya.
Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan dihancurkan dan pemerintahan kesulutanan akhirnya berakhir.
Pemda Diminta Perhatikan Pelestarian Situs Hasanuddin Banten
Jumat, 6 September 2013 9:44 WIB