Pemerintah Kabupaten Tangerang, Banten, mengapresiasi sejumlah petani yang menggarap aneka tanaman sayuran pada areal tadah hujan karena selama ini hanya mengandalkan padi di kawasan pesisir.

"Ini langkah terbaik, jangan hanya mengharapkan panen padi tapi palawaija juga membuahkan hasil," kata Bupati Tangerang  Ahmed Zaki Iskandar di Tangerang, Banten, Jumat.

Ahmed mengatakannya usai panen beberapa sayuran seperti gambas atau oyong yang merupakan jenis labu-labuan dan kol.

Padahal, sejumlah sayuran tersebut biasanya tumbuh subur di dataran tinggi yang memiliki hawa sejuk, tidak di kawasan pesisir.

Mantan Anggota Komisi I DPR RI itu memanen aneka sayuran bersama Presiden Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (BMI)  Komarudin Batubara di Desa Blugbuk, Kecamatan Kronjo.

Ahmed mengatakan untuk mendukung pertanian tersebut dibangun tandon air dan jalan lintas desa yang dilakukan Tentara Manunggal Masuk Mesa (TMMD).

Dia menambahkan pertanian lokal mulai bangkit setelah akses jalan mulai dibangun termasuk tandon air.

Padahal, beberapa tahun sebelumnya, di kawasan pesisir terutama di Kecamatan Kronjo dan sekitarnya pada musim kemarau petani setempat mengalami kendala mendapatkan air dan mengharapkan tanaman padi tadah hujan.

Menurut dia, tanaman hortikultura agar terus digalakkan untuk wilayah Kronjo karena telah terbukti seperti kol, cabai dan oyong bisa dipanen dengan hasil maksimal.

Sedangkan para petani sayuran tersebut merupakan binaan dari Koperasi Syariah BMI dengan pembiayaan melalui koperasi pada lahan sekitar 2,3 hektare.

Pihak koperasi juga memberikan pendampingan penyuluh pertanian dan saat ini panen oyong dapat mencapai satu ton.

Seorang petani yang menanam oyong, Kariri (50) mengatakan sejak tanam hingga panen selama 35 hari dapat memetik hasil dari lahan yang digarap seluas 2.000 meter persegi.

Setiap hari panen sebanyak 400 kg dan dijual sebagian kepada pedagang dan ada juga yang langsung membeli di lokasi dengan harga Rp4.000 hingga Rp4.500 per kg.

Padahal, sebelumnya ia menanam padi di lahan tadah hujan tapi tidak mendapatkan hasil malahan puso karena kemarau panjang.

"Bahkan pernah tanam cabai di lahan 1.500 meter persegi tapi hasilnya nihil karena dihantam hama dan sebagian diterjang banjir dan akhirnya busuk," katanya.

Pendapat senada juga diutarakan petani lainnya Murtala (43) yang mengatakan hasil sayuran sangat menguntungkan ketimbang padi tadah hujan yang hanya mengharapkan hasil sekali setahun.

Pewarta: Adityawarman(TGR)

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020