Stop TB Partnership  meluncurkan rencana global untuk memberantas TBC 2018-2022, diantaranya dengan menyediakan pendanaan sebesar 2,6 miliar dolar AS per tahun untuk penelitian dan pengembangan alat baru untuk diagnosa, obat-obatan baru, dan vaksin baru TBC.

"Stop TB Partnership juga menyediakan 13 miliar dolar AS per tahun untuk pengobatan dan pencegahan TBC," kata Lucica Ditiu, Direktur Eksekutif Stop TB Partnership di Jakarta, Rabu.

 Dengan Rencana Global baru, Stop TB Partnership juga menyediakan 2,5 juta dolar AS, pendanaan terbesar untuk proposal yang diajukan oleh organisasi akar rumput sebagai bagian dari respon terhadap TBC dan penanganan baru drug resistant TB ramah anak, jelas Lucica.

Pada September 2018, Kepala Negara dan Pemerintahan berkumpul di PBB dengan komitmen mencanangkan beberapa target besar  dalam upaya pemberantasan TBC. 

Tak seperti rencana lima tahunan sebelumnya, Rencana Global terbaru 2018-2022 sengaja disesuaikan dengan Pertemuan Tingkat Tinggi PBB (UN High Level Meeting) tentang target TBC dan perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai target tersebut. 

Jika rencana global itu mendapatkan pendanaan penuh dan diimplementasikan, berbagai negara akan dapat mencapai target yang dicanangkan UNHLM tahun 2022, termasuk pengobatan untuk 40 juta penderita TBC, termasuk 3,5 juta anak-anak dan 1,5 juta penderita drug-resistant TB. 

Hal ini akan menurunkan kematian akibat TBC kurang dari 1,5 juta, dan keuntungan investasi akan meningkat 44 dolar AS setiap pengeluaran 1 dolar AS. Di sisi lain, penundaan pendanaan penelitian dan pengembangan TBC selama lima tahun akan mengakibatkan kematian kira-kira lebih dari 2 juta jiwa ditambah 13,9 juta orang yang mengidap TBC. 

Hanya saja besarnya pendanaan ini tak sebanding komitmen politik.

Padahal pendanaan ini sangat penting. Untuk mencapai tujuan ini, 13 miliar dolar AS setiap tahun diperlukan secara global untuk pengobatan dan pencegahan TBC — kira-kira dua kali lipat dari besarnya investasi saat ini. Dan sebesar 2,6 miliar dolar AS diperlukan tiap tahun untuk penelitian dan pengembangan diagnosa, obat, dan vaksin baru — kira-kira tiga kali lipat dari besarnya investasi saat ini.

Banyak negara akan mengalami kesulitan memenuhi besarnya pendanaan ini. Sementara negara-negara berpenghasilan tinggi, BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) dan negara-negara berpenghasilan menengah ke atas dapat memanfaatkan anggaran dalam negerinya untuk memenuhi pendanaan yang diperlukan, negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah akan memerlukan pendanaan tambahan eksternal. 

Global Fund untuk memerangi AIDS, tuberkulosis dan malaria mencapai hampir 80 persen dana untuk program TBC, tetapi dana yang turun sangat kecil dibanding besarnya kebutuhan sebenarnya hingga 840 juta dolar AS per tahun.

Hal ini akan diumumkan di Indonesia, salah satu dari tiga negara dengan beban TBC tertinggi di dunia, dengan hampir satu juta orang terkena penyakit ini setiap tahun.

Dalam Rencana Strategis Nasional 2016, Kementerian Kesehatan Indonesia berjanji untuk memberantas TBC hingga 2030. 

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019