Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyayangkan potensi laut Nusantara belum dimanfaatkan secara optimal padahal hal tersebut bisa menjadi solusi atas berbagai permasalahan termasuk guna mengatasi kekurangan gizi.
"Indonesia memiliki potensi laut yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal," kata Menteri Edhy dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.
Menteri Edhy menyebut bahwa Indonesia memiliki luas perairan nasional seluas 6,4 juta kilometer persegi.
Selain itu, ujar dia, Indonesia juga memiliki panjang garis pantai 108 ribu kilometer. Dari hamparan perairan laut dan darat, Indonesia memiliki potensi lestari perikanan tangkap 12,54 juta ton per tahun.
Sementara di bidang budidaya, Indonesia memiliki potensi budidaya air tawar 2,83 juta hektare, budidaya air payau 2,96 juta hektare, dan budidaya laut 12,12 juta hektare.
Namun, ungkap dia, pemanfaatan ketiganya masih sangat rendah yaitu masing-masing 10,7 persen, 21,9 persen, dan 2,7 persen.
"Perairan kita juga kaya akan spesies ikan. Setidaknya terdapat 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies biota terumbu karang," jelas Menteri Edhy.
Selain potensi sumber daya hayati tersebut, menurut Menteri Edhy Indonesia juga memiliki potensi pengembangan wisata bahari, deep sea water, Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC, bioteknologi, industri maritim, jasa kelautan, produksi garam dan turunannya, serta biofarmakologi laut.
"Kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan beragam dan melimpah di hampir sebagian besar wilayah merupakan anugerah bagi Bangsa Indonesia. Ini harus kita manfaatkan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, penghasil devisa, serta pendukung terwujudnya ketahanan pangan dan gizi nasional," paparnya.
Namun Menteri Edhy menyayangkan, di tengah kekayaan tersebut, saat ini masyarakat Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, salah satu permasalahan gizi di Indonesia yaitu pertumbuhan stunting/hambatan pertumbuhan tubuh (30,8 persen).
"Artinya, satu dari tiga Balita di Indonesia mengalami gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis," ucapnya.
Untuk itu, Menteri Edhy mengajak warga untuk gemar mengonsumsi ikan, karena ikan mengandung protein, Omega 3, mineral, dan banyak vitamin yang baik bagi pertumbuhan tubuh maupun kecerdasan otak.
Menteri Edhy juga menyebut, kandungan gizi pada ikan jauh lebih baik daripada kandungan pada daging merah dan ayam. Selain itu, harganya juga jauh lebih murah.
Berdasarkan data, dari sisi suplai, total produksi perikanan Indonesia pada tahun 2018 mencapai 14,13 juta ton, belum termasuk produksi rumput laut. Kontribusi produksi perikanan tangkap sebesar 7,25 juta ton dan perikanan budidaya sebesar 6,88 juta ton.
Sementara itu dari sisi permintaan angka konsumsi ikan nasional pada tahun 2018 sebesar 50,69 kg/kapita dan pada tahun 2019 ditargetkan meningkat menjadi 54,49 kg/kapita setara ikan utuh segar.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Indonesia memiliki potensi laut yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal," kata Menteri Edhy dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.
Menteri Edhy menyebut bahwa Indonesia memiliki luas perairan nasional seluas 6,4 juta kilometer persegi.
Selain itu, ujar dia, Indonesia juga memiliki panjang garis pantai 108 ribu kilometer. Dari hamparan perairan laut dan darat, Indonesia memiliki potensi lestari perikanan tangkap 12,54 juta ton per tahun.
Sementara di bidang budidaya, Indonesia memiliki potensi budidaya air tawar 2,83 juta hektare, budidaya air payau 2,96 juta hektare, dan budidaya laut 12,12 juta hektare.
Namun, ungkap dia, pemanfaatan ketiganya masih sangat rendah yaitu masing-masing 10,7 persen, 21,9 persen, dan 2,7 persen.
"Perairan kita juga kaya akan spesies ikan. Setidaknya terdapat 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies biota terumbu karang," jelas Menteri Edhy.
Selain potensi sumber daya hayati tersebut, menurut Menteri Edhy Indonesia juga memiliki potensi pengembangan wisata bahari, deep sea water, Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC, bioteknologi, industri maritim, jasa kelautan, produksi garam dan turunannya, serta biofarmakologi laut.
"Kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan beragam dan melimpah di hampir sebagian besar wilayah merupakan anugerah bagi Bangsa Indonesia. Ini harus kita manfaatkan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, penghasil devisa, serta pendukung terwujudnya ketahanan pangan dan gizi nasional," paparnya.
Namun Menteri Edhy menyayangkan, di tengah kekayaan tersebut, saat ini masyarakat Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, salah satu permasalahan gizi di Indonesia yaitu pertumbuhan stunting/hambatan pertumbuhan tubuh (30,8 persen).
"Artinya, satu dari tiga Balita di Indonesia mengalami gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis," ucapnya.
Untuk itu, Menteri Edhy mengajak warga untuk gemar mengonsumsi ikan, karena ikan mengandung protein, Omega 3, mineral, dan banyak vitamin yang baik bagi pertumbuhan tubuh maupun kecerdasan otak.
Menteri Edhy juga menyebut, kandungan gizi pada ikan jauh lebih baik daripada kandungan pada daging merah dan ayam. Selain itu, harganya juga jauh lebih murah.
Berdasarkan data, dari sisi suplai, total produksi perikanan Indonesia pada tahun 2018 mencapai 14,13 juta ton, belum termasuk produksi rumput laut. Kontribusi produksi perikanan tangkap sebesar 7,25 juta ton dan perikanan budidaya sebesar 6,88 juta ton.
Sementara itu dari sisi permintaan angka konsumsi ikan nasional pada tahun 2018 sebesar 50,69 kg/kapita dan pada tahun 2019 ditargetkan meningkat menjadi 54,49 kg/kapita setara ikan utuh segar.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019