Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (PRAISE) mendukung penerapan ekonomi sirkular untuk menangani limbah kemasan dengan cara mengubahnya menjadi sumber daya bernilai tinggi dan memberi manfaat ekonomi.
"Langkah itu sebagai jawaban atas data yang menunjukan produksi sampah di Indonesia mencapai 64 juta per tahun," kata Sinta Kaniawati selaku Ketua Umum PRAISE, asosiasi yang bergerak dibidang kemasan dan daur ulang bagi Indonesia yang berkelanjutan di Jakarta, Rabu.
Menurut Sinta kemasan paska konsumsi memiliki peran penting dalam ekonomi sirkular. Berdasarkan data, potensi ekonomi sirkular dunia saat ini sebesar 4,5 trilun dolar AS dan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia juga menjadi bagian dari potensi tersebut.
Dalam ajang The 3rd Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) 2019, PRAISE menggelar sesi diskusi pararel dengan tema “Accelerating Circular Economy in Post-Consumer Packaging - A Call to Action for Cross Sectoral Partnership”, sebagai bagian dari komitmen PRAISE untuk mendorong terciptanya pengelolaan kemasan paska konsumsi di Indonesia yang holistik, terintegrasi dan berkesinambungan.
“Transisi dari ekonomi linier menuju ekonomi sirkular membawa tantangan sekaligus kesempatan bagi Extended Stakeholder Responsibility (ESR); Industri, Pemerintah dan Masyarakat. PRAISE percaya bahwa kemasan paska konsumsi memiliki peran besar dalam rantai ekonomi sirkular," kata Sinta .
Di Indonesia, tantangan pengelolaan kemasan paska konsumsi dimulai dari pengumpulan serta pemilahan atau segregrasi di rumah tangga.
Berdasarkan indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 yang menyebut 72 persen orang Indonesia tidak peduli akan sampah.
Sementara disisi lain pertumbuhan infrastruktur dan industri daur ulang tidak sepadan dengan pertumbuhan konsumsi dan pembangunan ekonomi.
Sinta berharap kerjasama dari semua pihak dalam extended stakeholder responsibility; masyarakat, industri dan pemerintah untuk berkolaborasi dalam pengolahan kemasan paska konsumsi.
“Penanganan kemasan paska konsumsi yang strategis dan sistemis tidak hanya akan mencegah degradasi lingkungan, namun juga membuka peluang investasi dan lapangan pekerjaan. Sementara dari sektor industri, ekonomi sirkular dapat membantu bisnis berjalan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab," tambah Sinta.
Salah satu model penanganan kemasan paska konsumsi yang diusulkan oleh PRAISE dalam diskusi paralel di Indonesia Circular Economy Forum 2019 adalah PRO (Packaging Recovery Organization).
“Model PRO akan memungkinkan industri (consumer goods) bersama sektor lainnya untuk bergabung dalam koalisi, membangun kerjasama berkelanjutan dengan industri daur ulang yang melibatkan sektor informal, difasilitasi dan dibimbing oleh pemerintah, sehingga dapat terbentuk ekonomi sirkular dalam pengelolaan kemasan paska konsumsi," kata Sinta.
Konsep PRO telah berhasil dilakukan di beberapa negara, antara lain Eropa, Meksiko, dan Afrika Selatan. Negara-negara ini mampu menghubungkan value chain dalam ekonomi sirkular dengan efektif.
Baca juga: Survei Tetra Pak ungkap hubungan kesehatan dengan lingkungan
Seperti misalnya industri manufaktur akan memikirkan design kemasan dan proses produksi yang lebih ramah lingkungan, mempermudah untuk menghitung perkiraan jumlah kemasan paska konsumsi yang dilepas oleh perusahaan consumer goods ke pasar, bukan hanya itu, konsumen juga bertanggung jawab untuk mengembalikan kemasan paska konsumsi di tempat-tempat pemungutan sampah yang telah tersedia.
Inisiatif akan konsep PRO oleh PRAISE, yang merupakan gabungan enam perusahaan yaitu Coca-Cola Indonesia, Danone Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, Tetra Pak, dan PT Unilever Indonesia Tbk, memperlihatkan bahwa sektor industri juga memiliki komitmen yang sama dengan pemerintah dalam penanganan dan pengurangan sampah di Indonesia melalui ekonomi sirkular.
Baca juga: Tingkat daur ulang kemasan di Indonesia ditargetkan 24 persen
Namun, diperlukan kerjasama semua pihak agar ekonomi sirkular dapat berjalan baik sehingga dapat menjadi katalisator perubahan dalam ekonomi, sosial dan lingkungan; seperti misalnya: mendorong terbukanya lapangan pekerjaan, mendorong terciptanya kesejahteraan di masyarakat yang selama ini berada di garda depan management sampah, dan mengurangi sampah di tempat pembuangan sampah (landfill) termasuk risiko pencemaran laut.
Ekonomi Sirkular juga membantu terjadinya efisiensi penggunaan bahan baku dari alam yang saat ini semakin berkurang.
Sinta berharap para peserta bisa memiliki pemahaman yang lengkap mengenai pentingnya ekonomi sirkular untuk segera digulirkan.
"Kami berharap pemerintah dapat mendorong partisipasi aktif para pelaku persampahan di setiap daerah untuk memulai langkah kecil mewujudkan PRO dalam konteks Indonesia agar dapat mendukung pencapaian agenda nasional terkait pengurangan dan penanganan sampah," tutup Sinta.
Baca juga: Pengembangan industri daur ulang plastik dikebut pemerintah
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Langkah itu sebagai jawaban atas data yang menunjukan produksi sampah di Indonesia mencapai 64 juta per tahun," kata Sinta Kaniawati selaku Ketua Umum PRAISE, asosiasi yang bergerak dibidang kemasan dan daur ulang bagi Indonesia yang berkelanjutan di Jakarta, Rabu.
Menurut Sinta kemasan paska konsumsi memiliki peran penting dalam ekonomi sirkular. Berdasarkan data, potensi ekonomi sirkular dunia saat ini sebesar 4,5 trilun dolar AS dan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia juga menjadi bagian dari potensi tersebut.
Dalam ajang The 3rd Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) 2019, PRAISE menggelar sesi diskusi pararel dengan tema “Accelerating Circular Economy in Post-Consumer Packaging - A Call to Action for Cross Sectoral Partnership”, sebagai bagian dari komitmen PRAISE untuk mendorong terciptanya pengelolaan kemasan paska konsumsi di Indonesia yang holistik, terintegrasi dan berkesinambungan.
“Transisi dari ekonomi linier menuju ekonomi sirkular membawa tantangan sekaligus kesempatan bagi Extended Stakeholder Responsibility (ESR); Industri, Pemerintah dan Masyarakat. PRAISE percaya bahwa kemasan paska konsumsi memiliki peran besar dalam rantai ekonomi sirkular," kata Sinta .
Di Indonesia, tantangan pengelolaan kemasan paska konsumsi dimulai dari pengumpulan serta pemilahan atau segregrasi di rumah tangga.
Berdasarkan indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 yang menyebut 72 persen orang Indonesia tidak peduli akan sampah.
Sementara disisi lain pertumbuhan infrastruktur dan industri daur ulang tidak sepadan dengan pertumbuhan konsumsi dan pembangunan ekonomi.
Sinta berharap kerjasama dari semua pihak dalam extended stakeholder responsibility; masyarakat, industri dan pemerintah untuk berkolaborasi dalam pengolahan kemasan paska konsumsi.
“Penanganan kemasan paska konsumsi yang strategis dan sistemis tidak hanya akan mencegah degradasi lingkungan, namun juga membuka peluang investasi dan lapangan pekerjaan. Sementara dari sektor industri, ekonomi sirkular dapat membantu bisnis berjalan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab," tambah Sinta.
Salah satu model penanganan kemasan paska konsumsi yang diusulkan oleh PRAISE dalam diskusi paralel di Indonesia Circular Economy Forum 2019 adalah PRO (Packaging Recovery Organization).
“Model PRO akan memungkinkan industri (consumer goods) bersama sektor lainnya untuk bergabung dalam koalisi, membangun kerjasama berkelanjutan dengan industri daur ulang yang melibatkan sektor informal, difasilitasi dan dibimbing oleh pemerintah, sehingga dapat terbentuk ekonomi sirkular dalam pengelolaan kemasan paska konsumsi," kata Sinta.
Konsep PRO telah berhasil dilakukan di beberapa negara, antara lain Eropa, Meksiko, dan Afrika Selatan. Negara-negara ini mampu menghubungkan value chain dalam ekonomi sirkular dengan efektif.
Baca juga: Survei Tetra Pak ungkap hubungan kesehatan dengan lingkungan
Seperti misalnya industri manufaktur akan memikirkan design kemasan dan proses produksi yang lebih ramah lingkungan, mempermudah untuk menghitung perkiraan jumlah kemasan paska konsumsi yang dilepas oleh perusahaan consumer goods ke pasar, bukan hanya itu, konsumen juga bertanggung jawab untuk mengembalikan kemasan paska konsumsi di tempat-tempat pemungutan sampah yang telah tersedia.
Inisiatif akan konsep PRO oleh PRAISE, yang merupakan gabungan enam perusahaan yaitu Coca-Cola Indonesia, Danone Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, Tetra Pak, dan PT Unilever Indonesia Tbk, memperlihatkan bahwa sektor industri juga memiliki komitmen yang sama dengan pemerintah dalam penanganan dan pengurangan sampah di Indonesia melalui ekonomi sirkular.
Baca juga: Tingkat daur ulang kemasan di Indonesia ditargetkan 24 persen
Namun, diperlukan kerjasama semua pihak agar ekonomi sirkular dapat berjalan baik sehingga dapat menjadi katalisator perubahan dalam ekonomi, sosial dan lingkungan; seperti misalnya: mendorong terbukanya lapangan pekerjaan, mendorong terciptanya kesejahteraan di masyarakat yang selama ini berada di garda depan management sampah, dan mengurangi sampah di tempat pembuangan sampah (landfill) termasuk risiko pencemaran laut.
Ekonomi Sirkular juga membantu terjadinya efisiensi penggunaan bahan baku dari alam yang saat ini semakin berkurang.
Sinta berharap para peserta bisa memiliki pemahaman yang lengkap mengenai pentingnya ekonomi sirkular untuk segera digulirkan.
"Kami berharap pemerintah dapat mendorong partisipasi aktif para pelaku persampahan di setiap daerah untuk memulai langkah kecil mewujudkan PRO dalam konteks Indonesia agar dapat mendukung pencapaian agenda nasional terkait pengurangan dan penanganan sampah," tutup Sinta.
Baca juga: Pengembangan industri daur ulang plastik dikebut pemerintah
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019